Jakarta-BP: Peretasan terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya sejak 20 Juni mengundang perhatian besar, khususnya terkait peran Windows Defender. Sistem keamanan bawaan Microsoft ini disorot tajam setelah dilaporkan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahwa serangan ransomware dimulai dengan upaya menonaktifkan Windows Defender pada 17 Juni, sebelum akhirnya sistem lumpuh total pada 20 Juni.
Menanggapi insiden ini, Microsoft Indonesia buka suara mengenai peran Windows Defender yang dikritik oleh banyak pengamat. “Sebagai bagian dari solusi Microsoft Security, Windows Defender adalah solusi keamanan terpercaya yang melindungi jutaan perangkat dari berbagai ancaman mutakhir setiap harinya,” kata perwakilan Microsoft Indonesia dalam keterangan resminya pada Kamis (27/6).
Windows Defender, menurut Microsoft, berfungsi sebagai alat penting dalam strategi keamanan yang lebih luas, dan terus diperbarui untuk menghadapi ancaman siber yang berkembang. “Kami selalu memperbarui dan meningkatkan Windows Defender untuk menghadapi lanskap ancaman siber yang kian berkembang dan serangan mutakhir yang muncul,” tambah mereka.
Lebih lanjut, Microsoft menekankan pentingnya praktik kebersihan siber yang esensial. Hal ini meliputi penggunaan autentikasi multifaktor (MFA), menjaga sistem tetap up to date, melindungi data, dan menerapkan prinsip Zero Trust. Pendekatan Zero Trust, yang berarti memverifikasi dan mengamankan setiap titik akses, perangkat, dan data, dinilai mampu membantu mencegah akses yang tidak diinginkan serta mendeteksi dan merespons insiden dengan cepat.
Isu ini juga dibahas dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR dengan Kominfo serta BSSN pada Kamis (27/6). Anggota Komisi I DPR Sukamta menyinggung soal penggunaan Windows di server PDNS 2 yang dinilai rentan. I Wayan Sukerta, Direktur Delivery & Operation Telkomsigma yang mengelola PDNS 2, menjelaskan bahwa tidak semua komputer di server tersebut menggunakan Windows, hanya untuk proses pencadangan sistem.
“Cloud platform yang ada umum dipakai itu tidak menggunakan Windows. Hanya sistem backup controller yang menggunakan Windows,” jelas Wayan.
Microsoft berharap insiden ini menjadi pelajaran penting dalam meningkatkan keamanan siber di Indonesia. Mereka berkomitmen untuk terus mendukung upaya pemerintah dalam melindungi data penting negara dari serangan siber.
Komentar