Kota Medan Peristiwa
Beranda » Berita » Yos Taringan, SH, MH: Sisingamangaraja XII Sosok yang Terus Hidup dalam Semangat serta Inspirasi Generasi Melenial dan Gen Z

Yos Taringan, SH, MH: Sisingamangaraja XII Sosok yang Terus Hidup dalam Semangat serta Inspirasi Generasi Melenial dan Gen Z

Oleh : Yos A. Tarigan, SH,MH

SEMANGAT kepahlawanan Sisingamangaraja XII patut dikenang sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan dan cinta tanah air. Ia adalah seorang raja dari Tapanuli, Sumatera Utara, yang berjuang melawan Belanda selama hampir tiga dekade, menggunakan taktik gerilya untuk mempertahankan wilayahnya dan adat istiadat Batak.

Gugurnya Sisingamangaraja XII pada 17 Juni 1907 menandai berakhirnya Perang Batak dan menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Ia gugur bersama anak dan pengikutnya dalam sebuah penyergapan oleh pasukan Belanda, namun kematiannya justru membangkitkan semangat perlawanan rakyat Batak.

Perbaikan Fasiltas Pintu Masuk, Pedagang Pasar Pusat Pasar Apresiasi Direksi PUD Pasar

Kematianya membangkitkan semanggat perlawanan rakyat. Pada peringatan ke-118 tahun gugurnya Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII di Makam Pahlawan Pagar Batu, Balige mengajak semua elemen untuk menjadikan perjuangan Raja Sisingamangaraja XII sebagai inspirasi untuk membangun bangsa.

“Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII adalah pelajaran berharga bagi kita semua, dengan semangat kebangsaan, keberanian dan tekad yang kuat dapat menggerakkan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan guna menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa. Mari kita jadikan perjuangannya sebagai inspirasi untuk terus berjuang membangun bangsa ini,” demikian sambutan Bupati Toba pada saat peringatan 118 tahun gugurnya Sisingamangaraja XII.

Sisingamangaraja XII dikenal karena keberaniannya, sikap pantang menyerah, dan semangat patriotisme yang tinggi. Nilai-nilai ini menjadi teladan bagi generasi penerus bangsa dalam mencintai tanah air dan berjuang demi keadilan.

Sisingamangaraja XII, terutama, dikenal sebagai tokoh yang gigih melawan penjajahan Belanda, dan perlawanannya didukung oleh berbagai suku Batak, termasuk suku Karo.

Polda Sumut Kawal Pemberangkatan Kembali 442 Jemaah Haji dari Bandara Kualanamu Pasca Ancaman Bom

Meskipun Sisingamangaraja adalah tokoh Batak Toba, pemahamannya sebagai tokoh yang memperjuangkan persatuan dan melawan penjajahan, serta adanya hubungan kekeluargaan, membuat masyarakat Karo juga menghormatinya sebagai bagian dari sejarah mereka.

Masyarakat Karo memiliki hubungan sejarah dan budaya yang erat dengan dinasti Sisingamangaraja, meskipun Sisingamangaraja lebih dikenal sebagai tokoh Batak Toba. Beberapa anggota dinasti Sisingamangaraja bahkan memiliki hubungan kekerabatan dengan masyarakat Karo, seperti pernikahan antara putra Sisingamangaraja dengan wanita Karo.

Sosok Yang Terus Hidup

Hingga saat ini, Belanda seperti melupakan aksi pembantaian yang dilakukan pasukannya di sepanjang Tanah Gayo, Alas dan Karo serta Tanah Batak itu. Kerajaan Belanda bahkan belum meminta maaf secara resmi atas perilaku kumpulan pasukanya pada waktu itu di pedalaman Gayo dan juga Alas.

Bukan hanya perlawanan Sisimanggaraja XII terhadap Belanda, di Karo dan Gayo serta Alas juga melakukan reaksi perlwanan keras yang sama. Bahkan pejuang Gayo bersatu dengan pasukan Tanah Karo.

Sementara ajudan van Daalen, J. C. J. Kempees dalam laporan berjudul De tocht van Overste van Daalen door de Gajo, Alas-en Bataklanden menyebut ekspedisi militer Belanda di tanah Gayo, Alas, dan Batak itu setidaknya menelan korban nyawa hingga 4.000 orang. Dalam laporannya, Kempees menyertakan foto-foto bukti pembantaian massal rakyat Gayo maupun Alas.

Kekejaman Belanda terhadap penduduk sipil telah membakar api kemarahan rakyat yang kembali bersatu di bawah panji Sultan Aceh di Aceh, dan Sisingamangaraja di Batak. Rakyat merapatkan barisan dengan sisa prajurit yang ada dan sama-sama mengasah parang serta membersihkan karaben agar bedil lekas bersarang ke tubuh lawan.

Masyarakat yang sudah mendengar tentang kekejaman Belanda langsung menyambut pasukan van Daalen, yang sudah terpecah dua kelompok. H. M Said dalam bukunya Aceh Sepanjang Abad mencatat, sebagian pasukan van Daalen dikirim ke Medan untuk menghadapi perlawanan rakyat di Karo. Sementara sisanya dikirim ke Sidikalang untuk menggempur Sisingamangaraja.

Sisingamangaraja XII, pahlawan nasional, relevan hingga saat ini sebagai simbol perlawanan dan semangat juang. Nilai-nilai perjuangannya, seperti keberanian, keteguhan hati, dan semangat pantang menyerah, tetap menginspirasi generasi muda, khususnya masyarakat Sumatera Utara, dalam menghadapi tantangan zaman

Dengan demikian, Sisingamangaraja XII bukan hanya tokoh sejarah, tetapi juga sosok yang terus hidup dalam semangat dan inspirasi bagi generasi masa kini. Dengan mempelajari kematian Sisimangaraja XIl, generasi Gen Z dapat memperoleh inspirasi dan pelajaran yang berharga tentang pengorbanan, perjuangan, dan pentingnya persatuan dan kesatuan.

(Penulis adalah mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan