Pendidikan
Beranda » Berita » Diana Cristina Da Costa : Pengabdian Seorang Guru di Pedalaman Papua dengan Segala Tantangannya

Diana Cristina Da Costa : Pengabdian Seorang Guru di Pedalaman Papua dengan Segala Tantangannya

guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa

Papua Selatan, harianbatakpos.com – Ungkapan “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” tampaknya sangat tepat untuk menggambarkan perjuangan Diana Cristina Da Costa Ati, seorang guru yang mengabdikan dirinya di wilayah pedalaman Papua. Sejak tahun 2018, Diana telah berdedikasi mengajar di daerah terpencil melalui Program Guru Penggerak Daerah Terpencil, sebuah program inisiatif Bupati Mappi periode 2017-2022, Kristosimus Yohanes Agawemu, bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Gugus Tugas Papua.

Diana, yang berasal dari Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT), awalnya ditempatkan di Kampung Labusene, Distrik Hijau, Kabupaten Mappi, Papua Selatan. Setelah tiga tahun bertugas, ia menandatangani kontrak baru untuk mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Atti, Kampung Atti, Distrik Minyamur, yang juga merupakan wilayah daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Di daerah terpencil ini, Diana menghadapi tantangan luar biasa dalam proses pengajarannya. Akses menuju sekolah sangat sulit, dengan jarak yang jauh dan medan yang berat. Bahkan, beberapa siswanya harus menempuh perjalanan dua jam melewati hutan dan rawa-rawa hanya untuk sampai ke sekolah. “Ada cerita, siswa berangkat ke sekolah dengan baju main dan ganti seragam di sekolah karena rumahnya sangat jauh di hutan,” ungkap Diana.

Kebijakan Sekolah Masuk Jam 6 Pagi di Jabar Picu Pro-Kontra, DPR: Harus Uji Coba dan Siap Transportasi

Kondisi yang dihadapi Diana dan para siswa di pedalaman Papua ini jauh berbeda dari sekolah-sekolah di kota besar seperti di Pulau Jawa. Sebagian besar siswa tidak mengenakan seragam dan sepatu saat ke sekolah karena terbatasnya akses dan fasilitas. Bahkan, akses pendidikan mereka juga terbatas karena jumlah guru di SDN Atti hanya empat orang untuk mengajar 86 siswa dari kelas 1 hingga 6.

Meski demikian, Diana tetap berkomitmen penuh untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswanya. Pada tahun 2023, ia menerima Tunjangan Profesi Guru (TPG) dan Tunjangan Khusus Guru (TKG), yang digunakannya untuk membantu murid-murid, seperti menyediakan buku, seragam, dan perlengkapan sekolah lainnya. Namun, Diana mengungkapkan bahwa sulit bagi dirinya untuk memanfaatkan tunjangan tersebut sepenuhnya karena akses ke kota yang mahal dan jauh.

Selain masalah infrastruktur, Diana juga mengkritik penerapan Kurikulum Merdeka yang dinilai tidak kontekstual untuk daerah pedalaman Papua. Menurutnya, kurikulum tersebut kurang sesuai dengan kondisi budaya dan geografis setempat, di mana masyarakat lebih mementingkan kebutuhan sehari-hari daripada pendidikan. Untuk itu, Diana dan rekan-rekan guru lainnya mengembangkan kurikulum kontekstual yang lebih sesuai dengan lingkungan setempat.

“Materi pembelajaran disesuaikan dengan budaya dan kebiasaan mereka, jadi kita mengubah pola pikir mereka dulu,” jelasnya.

Jawaban Kepsek SMA Negeri 18 Bekasi Soal Dugaan Selewengkan Dana BOS Ratusan Juta

Meski menghadapi banyak tantangan, Diana tetap optimis dengan perkembangan pendidikan di wilayahnya. Ia bersyukur sejak tahun 2023 jaringan internet sudah masuk ke wilayah Mappi, sehingga para guru bisa memperbarui metode pengajaran melalui video-video edukasi di YouTube.

Dengan dedikasi dan pengorbanan yang telah diberikan, Diana berharap pemerintah, khususnya Menteri Pendidikan, dapat berkunjung ke Papua untuk melihat langsung kondisi pendidikan di pedalaman. “Pemerintah harus melihat sendiri tantangan yang kami hadapi di sini,” tambahnya.

Sekolah tempat Diana mengajar, SDN Atti, terletak sekitar 1 km dari pemukiman Kampung Atti, di tengah ladang yang diselingi hutan, rawa-rawa, dan perairan. Akses menuju sekolah ini sangat sulit, dengan perjalanan yang memakan waktu hampir 9 jam dari ibu kota Papua Selatan, Merauke, melalui kombinasi pesawat, transportasi darat, perahu, dan berjalan kaki.

Diana Cristina Da Costa, dengan segala keterbatasan yang dihadapinya, tetap teguh menjalankan tugasnya sebagai guru di daerah pedalaman. Ia adalah contoh nyata dari perjuangan seorang pendidik yang berusaha menciptakan generasi emas di wilayah yang jauh dari pusat peradaban. BP/CW1

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan