Medan, Harianbatakpos.com – Kerusuhan dalam Pilkada di Puncak Jaya, Papua, terjadi pada Rabu (27/11), menyebabkan 40 rumah terbakar dan 94 orang terluka akibat serangan panah.
Situasi ini memunculkan pertanyaan penting mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa sistem noken dianggap sebagai salah satu penyebab konflik.
Konflik mulai memanas sehari sebelum pemilihan, ketika pendukung calon bupati Miren Kogoya dilaporkan “merampas” surat suara untuk empat distrik.
Marinus Wonda, ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Puncak Jaya, menjelaskan bahwa insiden ini memicu ketegangan antara pendukung Miren dan calon bupati Yuni Wonda, dilansir bbc.com.
Di hari pemilihan, barisan pendukung Miren Kogoya menyerang kelompok pendukung Yuni Wonda di Kampung Puncak Senyum, Distrik Irimuli. Meskipun Miren membantah tuduhan ini, situasi semakin tidak terkendali.
Para calon bupati kemudian menandatangani kesepakatan untuk menghentikan konflik demi mencegah jatuhnya korban lebih banyak.
Polda Papua menyatakan bahwa situasi di Puncak Jaya kini telah kondusif. Namun, banyak yang mempertanyakan apakah pemungutan suara ulang perlu dilakukan di empat distrik yang terdampak.
Tokoh masyarakat setempat juga menyerukan perlunya mengganti sistem noken dengan sistem pemilu nasional untuk mencegah kerusuhan serupa di masa depan.
Insiden perampasan surat suara menunjukkan betapa seriusnya tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan Pilkada di wilayah tersebut.
Dengan adanya kesepakatan damai dan upaya pemulihan kondisi, harapan akan stabilitas politik di Puncak Jaya masih dapat terwujud.
Komentar