‘Bedol Desa’ ke NasDem, Elite Hanura Tak Tahan Dikatai Kasar

Eks Wasekjen Hanura Dadang Rusdiana membeberkan sejumlah alasan banyak kader Hanura pindah ke NasDem. Salah satunya soal dualisme kepemimpinan.

JAKARTA-BP: Mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Hanura Dadang Rusdiana mengakui pindah ke Partai NasDem bersama dengan sejumlah kader Hanura yang lain. Sejumlah elite Hanura 'bedol desa' karena polemik dualisme kepemimpinan di Hanura.

"Pertama (alasan pindah ke NasDem) kan ada konflik internal di Hanura yang sampai sekarang belum selesai," ujar Dadang di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/7).

Dadang membeberkan ada banyak kader Hanura yang pindah ke NasDem, di antaranya Arief Suditomo, Fauzih H. Amroh, Rufinus Hotmaulana Hutauruk, dan Dossy Iskandar.

Terkait dualisme kepengurusan, Dadang menegaskan kubu Ketum Hanura Daryatmo merupakan pengurus sah Hanura. Hal itu sebagimana keputusan PTUN yang hingga kini belum dieksekusi oleh Kementerian Hukum dan HAM.

Atas belum adanya sikap Kemenkumham, ia dan sejumlah koleganya di Hanura kubu Daryatmo merasa tidak nyaman. Hingga akhirnya memilih menyeberang ke NasDem.

"Kami lebih baik hijrah dari pada terus menerus berada pada pusaran konflik," ujarnya.

Selain kepengurusan, Dadang menyebut perkataan kasar yang dilontarkan oleh oknum pengurus Hanura juga jadi alasan pindah ke NasDem. Ia menyebut petinggi Hanura berkata kasar dan tidak menghormati kinerja dirinya sebagai petinggi Hanura.

"Politisi itu kan dipilih masyarakat, punya kedudukan kuat di masyarakat. Tapi kalau tiba-tiba misalkan di DPP sebagai petinggi partai dianggap tidak punya peran apa-apa, digoblok-goblokin, siapa yang tahan? Kan itu jadi masalah," ujar Dadang.

Lebih lanjut, Dadang juga menyinggung kepengurusan Hanura di bawah kepemimpinan Oesman Sapta Odang. Ia menilai kepengurusan OSO berbeda saat Hanura dipimpin Wiranto.

Menurutnya, Hanura saat ini tidak kondusif karena dipimpin OSO.

"Kalau Hanura seperti masa lalu oleh Pak Wiranto, tenang, solid. Saya tetap di Hanura. Tapi kalau ini masa kami harus bertahan. Dibentak, dibuat tidak nyaman," ujarnya.

Klaim Tanpa Mahar

Selain persoalan internal Hanrua, Dadang juga menyampaikan alasan pindah ke NasDem karena tidak ada mahar politik. NasDem, kata dia, juga tidak mempersulit kadernya untuk mengurus administrasi menjadi caleg.

Politik tanpa mahar NasDem, kata dia, juga sudah terbukti dalam gelaran Pilkada serentak 2018. Ia mencontohkan NasDem tidak meminta mahar kepada Cagub Jabar Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.

"NasDem political tagnya bagus. Politik tanpa mahar. Itu menarik, beda dengan partai lain," ujar Dadang.

Lebih dari itu, ia menyebut NasDem hanya menuntut dirinya dan kadernya untuk mendulang dan memelihara suara untuk Pileg 2019. (cnn/TA)

Penulis:

Baca Juga