Berkat Dukungan dan Gencarnya Promosi Kampung Batik Dongkrak Devisa Kota Semarang

Suasana Kampung Batik Semarang.BP/Erwan

Medan-BP: Nama Kampung Batik yang berlokasi di RT 04 RW II Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, berhasil mendongkrak kedatangan turis domestik dan mancanegara sehingga menambah devisa bagi kota itu.

Betapa tidak, sedikitnya 30 Kepala Keluarga (KK) yang berdomisili di situ memanfaatkan waktunya untuk bekerja sebagai pembatik serta menjualnya langsung kepada pengunjung yang tertarik dan berminat di Gang yang terbilang sempit dan pas-pasan tersebut.

Biasanya pengunjung yang datang ke lokasi langsung bisa melihat dan belajar tata cara membatik dan langsung dipandu oleh para pembatik yang memiliki stand atau tempat masing-masing.

Dwi Kristianto selaku Ketua RT/RW Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Timur, Kota Semarang ketika dihubungi menyebutkan, Kampung Batik atau Kampung Djadhoel (Zaman Dulu-red) ini hanya penyebutkan istilah saja untuk untuk memudahkan dan gampang diingat dalam mempopulerkan masyarakat luas.

Dijelaskannya, sebelum dikenal sebagai Kampung Batik, kawasan itu rawan tindakan kriminal karena gelap. Mulai dari perampokan, pencurian sampai pembunuhan. Tidak hanya itu, kawasan tersebut juga kerap banjir.

Tidak mau terjebak dalam suasana seperti ini terus menerus, jelas Dwi lagi, masyarakat setempat pun berembuk. Tepatnya 16 Desember 2016, berangkat dari kemauan kuat dan semangat bersama, kawasan tersebut berubah 180 derajat. Kawasan ini menjadi asri.

“Tahap awal kami membenahi infrastruktunya. Butuh setahun untuk membenahi itu agar jadi seperti sekarang ini. Dari rawan jadi nyaman. Ini berkat semangat gotong royong yang merupakan ciri khas kampung. Dengan begitu mereka lebih mencintai kampung,” ungkap Dwi menyakinkan.

Secara terpisah Mas Dip wartawan Unit Pemko Medan salah satu yang mengikuti studi banding pemko Medan ke daerah itu mengakui. perhatian Pemko Semarang terhadap warganya memang luar biasa sehingga lokasi kampung yang sebelumnya menjadi lokasi kumuh, sarang preman bahkan dengan tingkat kriminalitas yang yang cukup tinggi bisa di sunglap menjadi lokasi penghasil devisa," ujarnya.

Jika melihat kondisi dan situasi Kampung batik atau Kampung Djadoel ini bisa mendongkrak kunjungan turis domesitk dan mancanagera yang datang, tidaklah kalah dengan Kota Medan yang banyak objek parawisata sejenis yang bisa diandalkan.

Contohnya, produksi batik Rita Maharani yang sudah booming dan terkenal itu bisa dirancang di satu lokasi sekaligus para pengunjung bisa belajar dan mengetahui proses awal hingga sampai selesai. Dengan sarat melibatkan para Usaha kecil Menengah (UKM) dan pengrajin yang sangat banyak dan terampil di Kota Medan.

Salah seorang warga sedang melakukan aktivitas membatik. BP/Erwan

Dengan demikian, ini bisa lebih memperkenalkan Kota Medan kepada pengunjung. Disamping itu, kiprah kawasan Pusat Kerajinan Industri Kecil (PIK) Medan yang berlokasi di Kawasan Medan Tenggara (Menteng) juga benar-benar dikembangkan dan ditata benar-benar serius dan fokus bekerjasama dengan Dinas terkait seperti Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Medan.

Demikian juga seperti destinasi atau objek pariwisata lainnya yang banyak di Kota ini terus dikembangkan dan benar-benar dibina sehingga hal ini menjadi daya tarik dan mendongkrak pariwisata dan turis mancanegara yang berkunjung ke Kota Medan.

Untuk lokasi Kampung batik, bukan tidak ada kelemahannya. Kelemahannya harga batik tulis yang ditawarkan kepada pengunjung terbilang mahal untuk kantong warga kalangan bawah warga lokal di sana jika dibandingkan dengan harga di daerah penghasil batik lainnya seperti Pekalongan dan Solo serta Yogyakarta.

Jadi, karena peran dan dukungan Pemko Kota Semarang yang sangat aktif baik pembinaan dan promosi yang jor-joran termasuk oleh pihak travel akhirnya Kampung Batik bisa menjadi terkenal dan menjadi lokasi kunjungan para pendatang ke daerah itu. (BP/EI)

Penulis:

Baca Juga