Hukum
Beranda / Hukum / Dari Harapan ke Patah Hati: Pengalaman Eks Admin Judol di Kamboja

Dari Harapan ke Patah Hati: Pengalaman Eks Admin Judol di Kamboja

Seorang pemuda asal Kabupaten Bekasi bernama Febby Febriadi (kompas.com)
Seorang pemuda asal Kabupaten Bekasi bernama Febby Febriadi (kompas.com)

Medan,  HarianBatakpos.com – Dalam dunia yang semakin terhubung, banyak orang yang mencari peluang kerja di luar negeri. Namun, kisah tragis Febby Febriadi, seorang pemuda asal Kabupaten Bekasi, menunjukkan sisi gelap dari pekerjaan sebagai admin situs judi online (judol) di Kamboja. Selama delapan bulan, ia mengalami tekanan mental dan fisik yang luar biasa. Pengalaman ini menjadi peringatan bagi banyak orang tentang risiko bekerja di luar negeri tanpa pemahaman yang jelas.

Pengalaman Pahit di Kamboja

Febby menceritakan bagaimana ia menyaksikan rekannya disiksa hingga tewas. “Teman mati karena disetrum, enggak dikasih makan,” ungkapnya. Penyiksaan ini terjadi karena rekannya gagal memenuhi target 100 transaksi judi online. Hal ini menunjukkan betapa berisikonya pekerjaan di industri yang tidak memiliki regulasi yang jelas. Kematian rekannya tidak hanya mengguncang emosinya, tetapi juga membangkitkan rasa takut yang mendalam di antara sesama pekerja, dikutip dari kompas.com.

Selama bekerja di Kamboja, Febby juga merasakan tekanan untuk mencapai target yang tidak manusiawi. “Melihat teman sampai mati itu bikin mental semua (teman) hancur,” kata Febby, menggambarkan dampak psikologis dari situasi tersebut. Kesadaran akan bahaya yang mengancam membuatnya memutuskan untuk pulang, namun ia terhambat oleh penalti yang harus dibayar kepada perusahaan.

Keributan di Masjid Bau-Bau: Ketegangan Rebutan Menjadi Imam Shalat

Keputusan Sulit untuk Pulang

Akhirnya, setelah berjuang melawan tekanan mental yang semakin berat, Febby memilih untuk membayar penalti sebesar Rp 23 juta demi bisa pulang ke Tanah Air. Keputusan ini diambil setelah ia menyadari bahwa keselamatannya lebih penting daripada uang. “Tebusan gue pribadi itu sampai Rp 23 juta,” jelasnya. Dengan tekad untuk kembali ke Indonesia, ia akhirnya bisa meninggalkan Kamboja, meski dengan bekas trauma yang mendalam.

Kisah Febby adalah pengingat bahwa pekerjaan di luar negeri harus dipertimbangkan dengan matang, terutama dalam industri yang tidak terjamin. Kita harus lebih berhati-hati dan memastikan bahwa kesempatan yang kita ambil tidak berujung pada penderitaan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement