Dirut PT.Garuda Indonesia Bantah Tudingan Prabowo

Jakarta-BP: Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pahala N. Mansury enggan berkomentar banyak terkait tudingan dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Prabowo dalam sebuah acara Ijtima' Ulama di Menara Peninsula, Jakarta Barat, Jumat, 27 Juli 2018, terang-terangan menuding perusahaan plat merah tersebut bangkrut.
"Saya nggak mau menanggapi pernyataan dia karena saya di sini menjalankan perusahaan. Tolong lihat kondisi Garuda saat ini terus membaik," kata Pahala saat ditemui selepas konferensi pers di Kantor Garuda Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat, Senin, 30 Juli 2018.
Pahala juga mengatakan bahwa dirinya lebih suka tidak terlibat dalam diskusi di ranah tersebut. Karena, Ia menduga arah dari pernyataan Prabowo lebih banyak pada unsur politiknya.
"Saya enggak mau dipasangkan sama pernyataan beliau karena kan disini di perusahaan korporasi," ujarnya.
Dalam acara tersebut, Prabowo sebenarnya tak hanya menuding Garuda Indonesia yang bangkrut, tapi juga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Lalu, Prabowo juga menyebut mata uang rupiah semakin rusak dan melemah, kemiskinan naik 50 persen dalam 5 tahun terakhir. Terakhir, Prabowo juga mengatakan setengah dari kekayaan nasional dikuasai segelintir orang.
Satu per satu ucapan dari Prabowo sebenarnya mulai dibantah oleh pemerintah. Untuk kemiskinan misalnya, BPS mencatat jumlah penduduk miskin Indonesia pada September 2017 tercatat mencapai 26,58 juta orang atau sekitar 10,12 persen.
Sementara jumlah penduduk miskin pada September 2012 tercatat mencapai 28,71 juta atau sekitar 11,66 persen. Artinya, penduduk miskin sebenarnya berkurang hingga 2,13 juta atau sekitar 7,4 persen, bukan naik 50 persen seperti tudingan Prabowo.
Meski dituding bangkrut oleh Prabowo, keuangan Garuda Indonesia sebenarnya juga belum dalam performa yang baik. Dalam konferensi pers hari ini, Garuda Indonesia diketahui masih mengalami kerugian sebesar US$ 114 juta atau sekitar Rp 1,65 triliun pada Semester I 2018. Tapi, kerugian ini sudah turun 60 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 yang mencapai US$ 284 juta atau sekitar Rp 4,11 triliun. (TEMPO/JP)
Komentar