Driver Mitra Grab Menelan Pahit

Ilustrasi Grab.Foto: google

Medan-BP : Akhir akhir ini, sejumlah mitra driver grab berbasis online sangat dikecewakan pihak perusahaan jasa transportasi online grab. Kekecewaan driver disebabkan sistem skema insentif terus menurun.

Pihak grab tak lagi memberi keuntungan kepada mitranya. Padahal driver sudah berjuang penuh membesarkan grab di Medan.

Terhitung tiga tahun perusahaan jasa transportasi menggunakan aplikasi Grab di Medan Sumatera Utara kini berkembang.

Sejak bulan Oktober Tahun 2016 yang lalu perusahaan grab merintis bersama puluhan ribu mitra driver grab sampai sekarang tahun 2019 selalu berupaya memberi pelayanan terbaik sampai memanjakan para pelanggan hingga performa perusahaan grab melejit jadi nomor satu pelayanan transportasi di Medan Sumatera Utara.

Performa perusahaan grab pun jadi terbaik, dibanding yang lain. Namun lupa perjuangan mitranya yakni pemilik mobil dan driver yang turut berpartisifasi membesarkan grab di Medan.

Seiring perjalan grab berkembang, akan tetapi drivernya pasrah menelan pahit. Pasalnya kepahitan itu, diketahui Grab nyaris tak lagi berkeadilan dalam berbagi keuntungan.

"Managemant perusahaan grab di Medan sangat tak adil terhadap driver mitranya", ujar Sudung Siahaan dalam wawancara Batakpos, Senin petang (11/8/2019) di Jalan Hang Tuah Medan.

Sudung yang mengaku turut merintis grab di Medan menyebut dirinya menyesal risent dari pekerjaaannya jadi karyawan salah satu perusahaan swasta di Medan.

"Saya tinggalkan pekerjaan lama beralih jadi driver grab. Dimana grab, beranggapan akan merubah kehidupan".

Kepada batakpos, Sudung bercerita, awalnya dirinya tak yakin. Tapi berkat dorongan iklan promosi Managemant grab ketika itu. Sayapun nekat mengangsur mobil baru dengan cicilan Rp4,500.000 per bulan selama 4 tahun kontrak.

Sudung menjelaskan, dalam satu kepahitan itu belum terasa. Sebab satu tahun berjalan pendapatan dari grab masih lumayan.

Akan tetapi, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun skema dari aplikasi grab terus menurun. Hingga bulan ini tahun 2019 skemanya semakin parah.

Pupus sudah harapan, setoran cicilan mobil semakin sulit dipenuhi akibat insentif tak lagi mendukung.

Skema yang ditargetkan tak sebanding dengan pendapatan. Artinya penghasilan per hari tak cukup untuk biaya operasional. "Biaya operasional saja tak cukup. Apalagi cari untungnya", ungkap Sudung.

Menelan pahitlah bang, dikerjakan atau nggak dikerjakan sama-sama pahit. Lebih kejam lagi, kehadiran collector dari leasing terus telephon saya minta uang cicilan mobil yang sudah menunggak, keluhnya lagi.

Salah saya menilai, tujuan jadi driver grab untuk merubah nasib. Nyatanya berubah jadi budak, kesal Sudung.

Prayitno warga Amplas dan juga driver mitra Grab Car juga sangat menyesalkan perlakuan skema insentif grab.

Kebijakan yang diberlakukan PT Grab Indonesia jelas tak membantu mitranya. Kami sangat kecewa, sebab penghasilan dengan insentif tak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Belum lagi biaya kebutuhan dapur.

Pada prinsipnya, susah kali bang, tutur Prayitno tanpa menguraikan keluhannya.

Sepertinya saya tak mampu lagi meneruskan driver grab. Pasrah saya bang, bila mobil ini ditarik showroom, cetusnya.

Sebelumnya salah seorang mitra grab yang tergabung dalam komunitas telah melakukan gerakan #uninstallgrab sebagai bentuk protes akan kebijakan PT. Grab Indonesia yang menurunkan skema insentif harian mitranya.

Gerakan #uninstallgrab ini dilakukan karena pihak Grab Indonesia sudah beberapa kali melakukan penurunan skema insentif. Penurunan skema insentif ini sangat berdampak sekali buat para Mitra Grab car yang selama ini setia memberikan pelayanan buat konsumen transportasi berbasis online.

Dampak yang sangat terasa ini berimbas dengan menurunnya pendapatan para Mitra grabcar setiap harinya. Namun, pada hari Kamis, 7 Agustus 2019. PT. Grab Indonesia kembali menurunkan skema insentif untuk wilayah Medan, Ada juga Mitra driver Grab yang mendapatkan skema 15 trip insentif yang diterima hanya Rp.70 ribu.

Cerita Irwan Rumapea kepada batakpos mengungkapkan, grab di Medan jelas tak berkeadilan terhadap driver mitranya. Kondisi ini dalam estimasi pada pendapatan kotor per hari sesuai target skema.

Misalkan saya, tutur Rumapea menjelaskan, jika berpenghasilan Rp 300 ribu dengan skema 14 trib per hari. Maka biaya operasional untuk mencapai target tersebut jelas tak sebanding.

Bayangkan saja bang, ujar Rumapea merinci, pendapatan kotor Rp 300.000 sesuai target skema 14 trib per haari. Penghasilan 300 ribu tadi dipotong uang BBM premium Rp 120.000. jika menggunakan BBM pertalite jelas sangat rugi total. Kemudian dipotong biaya saldo grab sebesar 20 persen dari RP 300.000= RP 60.000. termasuk biaya makan driver Rp 50.000 - biaya service/olli pelumas Rp 50.000/hari. Sehingga total pengeluaran sama dengan Rp 120.000+60.000+50.000+50.000=Rp280.000. jadi Rp300 - biaya pengeluaran Rp 280.000 hasil = Rp 20.000;

Faktanya kondisi ini sangat minim. Driver pastinya tak bergaji. Belum lagi biaya sewa mobil atau biaya cicilan yang perharinya harus terpenuhi Rp 150.000/hari, jelasnya.

" Saya keluar jam 6 pagi, keliling kota Medan mencari orderan dan bekerja sampai jam 9 malam, cuma dapat insentif Rp.70 ribu untuk 15 perjalanan," kata Rumapea, yg sudah 3 tahun menjadi mitra grab car.

Ia mengatakan, sangat mendukung gerakan #unistallgrab sebagai bentuk protes Mitra grab car terhadap PT.  Grab Indonesia.

"Luar biasa pahitnya bang. Pokonya, maju kena, mundurpun lebih kena. Artinya dikerjakan salah tak dikerjakan makin parah. Jadi kalau pihak grab  tidak merubah skema tersebut, Gerakan #uninstallgrab akan terus berlangsung sampai pihak Grab Indonesia menurunkan potongan saldo 20 persen jadi 5 persen.

Potongan 5 persen kebijakan wajar demi kelangsungan operasional mitra grab, tambah Rumapea. (BP/MM)

Penulis: -

Baca Juga