Fenomena ‘Jam Koma’ di Kalangan Gen Z dan Dampaknya pada Konsentrasi dalam Pendidikan

Fenomena ‘Jam Koma’ di Kalangan Gen Z
Fenomena ‘Jam Koma’ di Kalangan Gen Z

Jakarta, harianbatakpos.com – Fenomena “jam koma” semakin dikenal di kalangan Gen Z, menggambarkan momen hilang fokus atau “nge-blank” yang kerap terjadi akibat kelelahan kognitif. Istilah ini bukan hanya berlaku bagi generasi muda, namun kemunculannya yang sering dibagikan di media sosial membuat istilah ini lekat dengan Gen Z. Psikolog Rosdiana Setyaningrum menjelaskan bahwa banyaknya aktivitas Gen Z di media sosial berperan dalam menyebarkan fenomena ini. "Nggak cuma Gen Z yang ngalamin, tapi mereka lebih rajin update di media sosial, makanya jadi viral sekarang," kata Rosdiana.

Dalam konteks pendidikan, “jam koma” menjadi perhatian khusus, terutama karena generasi muda saat ini tumbuh di era digital dengan keterikatan tinggi pada teknologi. Kebiasaan ini, meski mendukung banyak aspek positif dalam pembelajaran, juga menciptakan tantangan. Menurut Rosdiana, “Anak zaman sekarang kebanyakan main sosial media, dan itu terbukti menurunkan fokus. Fokus anak muda sekarang cuma sekitar 10-12 detik,” ujarnya. Hal ini dapat menjadi hambatan dalam menyerap materi pelajaran yang membutuhkan konsentrasi penuh dalam waktu lama.

Penurunan fokus ini, bila tidak diatasi, dapat berdampak pada hasil belajar dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks. Seiring meningkatnya tuntutan akademik, kebutuhan akan kemampuan manajemen waktu dan konsentrasi yang baik menjadi semakin penting. Tidak hanya di ruang kelas, bahkan saat mengerjakan tugas atau belajar mandiri, siswa Gen Z perlu mengelola kelelahan kognitif agar tidak terus-menerus mengalami “jam koma.”

Menurut Rosdiana, faktor lain yang memperburuk kondisi ini adalah overthinking atau kecenderungan terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak selalu perlu. “Gen Z juga overthink terus, bilangnya kalau nggak overthink berarti nggak mikir. Padahal, lebih baik fokus pada hal-hal yang penting saja,” tambahnya. Upaya untuk mengurangi overthinking dan membatasi waktu layar diharapkan dapat mendorong siswa Gen Z memiliki kondisi mental yang lebih stabil, sehingga mereka dapat berfokus pada hal-hal esensial.

Untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan konsentrasi di lingkungan pendidikan, penting bagi siswa untuk memberikan jeda waktu bagi otak agar tidak terus-menerus terpapar informasi. Langkah sederhana, seperti mengatur waktu istirahat dari gadget dan merencanakan waktu belajar secara teratur, dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan mengurangi momen “jam koma” yang berpotensi menghambat prestasi akademik.BP/CW1

Baca Juga