Pendidikan
Beranda » Berita » Humor dalam Bahasa Jawakarta: Memahami Keunikan dan Identitas Budaya

Humor dalam Bahasa Jawakarta: Memahami Keunikan dan Identitas Budaya

Humor dalam Bahasa Jawakarta: Memahami Keunikan dan Identitas Budaya
Humor dalam Bahasa Jawakarta: Memahami Keunikan dan Identitas Budaya

Medan,  HarianBatakpos.com – Gua ngenteni lo dari tadi, tau-taunya lu malah ngilang kayak sinyal di ndeso. Pernahkah Anda mendengar kutipan mirip di atas?

Jika iya, besar kemungkinan Anda adalah salah satu anak muda yang bergaul di media sosial, tempat Bahasa Jawakarta sering muncul. Selain itu, Anda mungkin juga mahasiswa di kota-kota Pulau Jawa yang ramai dengan mahasiswa asal Jabodetabek, dilansir dari detik.com.

Bahasa Jawakarta adalah perpaduan unik antara kosakata Jakarta gaul dan aksen medok khas Jawa, menciptakan identitas sosial yang menarik di antara dua budaya yang berbeda.

Kebijakan Sekolah Masuk Jam 6 Pagi di Jabar Picu Pro-Kontra, DPR: Harus Uji Coba dan Siap Transportasi

Humor dalam Bahasa Jawakarta

Bahasa ini bisa menjadi cerminan identitas sosial anak muda yang terjepit di antara modernitas Jakarta dan tradisi Jawa.

Misalnya, dalam dialog imajiner Jawakarta yang mungkin pernah Anda dengar: “Gua tadi ke sawah sikil gua keblowok.” (Aku tadi ke sawah, kakiku kepleset). Di sini, humor muncul karena ketidakselarasan gaya bahasa yang saling bertemu.

Lebih lanjut, perpaduan yang tidak lazim ini juga muncul dalam contoh lain: “Gua mau beli ombe, ada kan?

Yang rosonya mango sama advokat ya.” (Aku mau beli minum, ada kan? Yang rasanya mangga sama alpukat). Tabrakan antara gaya bahasa gaul Jakarta dan aksen medok Jawa ini menciptakan momen lucu yang menggugah senyum.

Jawaban Kepsek SMA Negeri 18 Bekasi Soal Dugaan Selewengkan Dana BOS Ratusan Juta

Mengapa Humor Bisa Muncul?

Fenomena Bahasa Jawakarta termasuk sebagai humor karena mengandung keanehan atau keganjilan (incongruity) dalam penggunaan kata dan logat.

Menurut incongruity theory, humor tercipta karena adanya ketidakselarasan antara harapan pendengar dan kenyataan dalam percakapan tersebut. Dalam hal ini, benturan gaya bahasa dari dua dunia yang berbeda menciptakan efek tak terduga yang menggelitik.

Jadi, ketika penutur mengucapkan kata “gua,” biasanya kata-kata yang mengikutinya berasal dari Bahasa Indonesia.

Namun, kehadiran kata-kata dari Bahasa Jawa dalam konteks ini adalah kejutan yang lucu. Dengan demikian, humor dalam Bahasa Jawakarta tidak hanya menghibur tetapi juga mencerminkan kompleksitas budaya yang ada di tengah masyarakat.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan