Indonesia Komitmen Perkuat Kerja Sama Pangan dengan Malaysia

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi saat menjadi pembicara dalam seminar 'Internasional Food Security in Indonesia and Malaysia', di KBRI Kuala Lumpur, Malaysia, BP/ANTR
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi saat menjadi pembicara dalam seminar 'Internasional Food Security in Indonesia and Malaysia', di KBRI Kuala Lumpur, Malaysia, BP/ANTR

Jakarta, Harianbatakpos.com - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Malaysia melalui kerja sama strategis di sektor pangan.

"Indonesia berkomitmen untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Malaysia, terutama dalam aspek perdagangan komoditas pangan," ujar Arief dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (12/10/2024).

Pernyataan tersebut disampaikan Arief saat menjadi pembicara dalam seminar "International Food Security in Indonesia and Malaysia," yang diselenggarakan oleh Alumni Universiti Putra Malaysia (UPM) di KBRI Kuala Lumpur, Malaysia, pada Jumat (11/10).

Arief menambahkan bahwa kerja sama ini bertujuan membangun mekanisme pasar yang lebih efisien dalam mendukung rantai pasok pangan regional. Dia berharap agar kerja sama bilateral antara Indonesia dan Malaysia semakin berkembang dan saling menguntungkan, terutama di sektor pangan.

“Dengan meningkatkan volume perdagangan komoditas seperti beras, bawang merah, dan produk pangan lainnya, kita bisa saling melengkapi kebutuhan pangan di kawasan," ujar Arief.
Dia juga mengungkapkan pentingnya peran alumni UPM, khususnya Warga Negara Indonesia, dalam mendorong terbangunnya kerja sama antara kedua negara serumpun.

Lebih lanjut, Arief menjelaskan bahwa ekspor dan impor pangan adalah hal yang biasa dalam perdagangan pangan. Indonesia saat ini mengimpor beberapa komoditas pangan, namun juga mengekspor produk pangan unggulan ke beberapa negara.

Khusus untuk 12 pangan pokok strategis yang diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah, Arief menjelaskan bahwa basisnya adalah perhitungan neraca pangan nasional yang dilakukan oleh Bapanas bersama kementerian dan lembaga terkait.

"Ketersediaan dan kebutuhan menjadi dasar perhitungan produk pangan pokok strategis. Kami memetakan mana yang cukup dan mana yang tidak, sehingga keputusan impor didasarkan pada perhitungan yang terukur dan tetap memperhatikan kesejahteraan petani sebagai produsen pangan," tambahnya.

Dia juga menekankan bahwa upaya ini sejalan dengan visi swasembada pangan Presiden terpilih Prabowo Subianto, yang berencana mencapai swasembada pangan dalam empat tahun ke depan.

"Jika konsumsi pangan dalam negeri dapat dipasok dari produksi domestik dan masih ada stok lebih, kita dapat melakukan ekspor," kata Arief.

Di sisi lain, Guru Besar UPM, Normaz Wana Binti Ismail, mengingatkan bahwa dinamika global, seperti perang di Ukraina, perubahan iklim, dan fenomena El Niño, harus diwaspadai terkait stabilitas pangan di Malaysia.

"Kolaborasi yang kuat diperlukan untuk menciptakan ketahanan pangan di setiap negara," kata Normaz. Dia juga menekankan perlunya peningkatan produksi pangan domestik dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi.

Menurutnya, penerapan smart farming dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi di tengah tantangan ketersediaan lahan dan peningkatan populasi.

General Manager National Farmers Organization (NAFAS), Encik Muhammad Faris, mengungkapkan bahwa Malaysia mengimpor berbagai komoditas pangan dengan total nilai mencapai 78,7 miliar ringgit, sementara nilai ekspor di sektor pangan sekitar 46,4 miliar ringgit.

"Untuk itu, kami terbuka untuk membangun kerja sama dan kemitraan strategis guna mewujudkan perdagangan di sektor pangan yang saling menguntungkan," kata Faris.

Penulis: Zahra Saritza

Baca Juga