Inflasi Inti Tinggi Karna Musim Bayar Sekolah

JAKARTA-BP: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, tingginya inflasi inti disebabkan naiknya beberapa harga serta faktor musiman anak masuk sekolah dan kuliah.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan posisi inflasi inti pada bulan Juli 2018 mencapai 0,41 persen, angka ini yang tertinggi sejak bulan Januari 2018 lalu.
"Bulan Juli ini ada beberapa pos mengenai harga kan biaya anak sekolah SMA, anak kuliah, dan harga sewa rumah itu kan biasanya di bulan Juli naik. Nah inflasi inti itu tinggi karena faktor musiman pembayaran itu," ujar Perry ketika ditemui selepas Sholat Jumat di Gedung BI, Jumat (3/8/2018).
Adapun posisi inflasi umum bulan Juli yang sebesar 0,28 persen dinilainya masih cukup rendah dibandingkan posisi bulan Juni yang mencapai 0,59 persen lantaran faktor Lebaran. Sedangkan secara tahunan, inflasi hingga bulan Juli 2018 juga tercatat masih rendah, yaitu sebesar 3,18 persen.
Menurut Perry, rendahnya inflasi secara tahunan tidak disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS atau mata uang lain.
"Kami tidak melihat adanya suatu dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap inflasi," jelas dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, tingginya inflasi inti dipengaruhi oleh banyak hal.
Beberapa di antaranya adalah permintaan yang membaik, pengaruh depresiasi rupiah, dan kenaikan harga komoditas terutama minyak mentah.
"Kalau saya cenderung menganggap bukan satu penyebabnya. Ya ada karena perbaikan permintaan, ada karena kurs sedang melemah jadi imported inflation-nya juga ada," kata Darmin saat ditemui di kantornya, Rabu (1/8/2018).
Menurut Perry, rendahnya inflasi secara tahunan tidak disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS atau mata uang lain.
"Kami tidak melihat adanya suatu dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap inflasi," jelas dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, tingginya inflasi inti dipengaruhi oleh banyak hal.
Beberapa di antaranya adalah permintaan yang membaik, pengaruh depresiasi rupiah, dan kenaikan harga komoditas terutama minyak mentah.
"Kalau saya cenderung menganggap bukan satu penyebabnya. Ya ada karena perbaikan permintaan, ada karena kurs sedang melemah jadi imported inflation-nya juga ada," kata Darmin saat ditemui di kantornya, Rabu (1/8/2018).
Sumber: Kompas (ES)
Komentar