Kapolri: Tidak Ada Perpecahan di Tubuh Polri
Jakarta-BP: Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karniavanan mengatakan tidak ada perpecahan atau friksi di tubuh institusi Polri Dia juga mengatakan tidak ada faksi atau kelompok-kelompok yang mendorong perpecahan di internal Polri.
Menurut dia, mutasi sejumlah pejabat mulai dari Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim), Kepala Badan Intelijen Keamanan (Kabaintelkam), Asisten Kapolri bidang Operasi (Asops), Asisten Kapolri bidang Perencanaan Anggaran (Asrena), hingga sejumlah kepala kepolisian daerah (kapolda) yang dilakukan di Januari 2019 ini tidak terkait dengan faksi di internal Polri.
Dia menegaskan, kondisi internal Polri tetap solid hingga saat ini.
"Saya ingin menekankan bahwa pergantian pejabat tidak ada kaitannya dengan friksi-friksi di internal Polri, tidak. Polri tetap solid," kata Tito dalam amanahnya saat memimpin upacara Serah Terima Jabatan di Ruang Rapat Utama (Rupatama) Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Kamis (24/1).
Jenderal bintang empat itu menyampaikan, perbedaan merupakan hal yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi. Namun, kata dia, perbedaan itu tidak menimbulkan dampak destruktif.
Justru, kata Tito, perbedaan berguna untuk memperkuat kebijakan melalui mekanisme sistem pengawasan dan keseimbangan.
"Semua perbedaan hal biasa, justru untuk memperkuat kebijakan melalui mekanisme check and balances," kata mantan Kapolda Metro Jaya itu.
Tito meminta pihak di luar institusi Polri untuk memberikan dukungan dalam mewujudkan soliditas Polri dengan tidak membuat analisis sendiri yang memunculkan anggapan terkait faksi atau friksi di tubuh Korps Bhayangkara.
Menurut dia, situasi saat ini membutuhkan Polri yang solid. Dia berharap, apapun perbedaan yang ada dapat memperkaya Polri dalam membuat kebijakan terbaik di tengah masyarakat.
"Sekali lagi saya berharap masyarakat, teman-teman media jangan berasumsi sendiri, yang belum pasti apalagi informasi yang tidak jelas. Polri yang tidak solid akan merugikan masyarakat, bangsa, dan negara," ujar Tito.
Pengamat kepolisian dari Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane, sebelumnya mengatakan mutasi Komjen Arief Sulistyanto dari kursi Kabareskrim ke Kalemdiklat merupakan solusi tepat yang diambil Tito untuk mengakhiri 'perang dingin' dengan Arief.
Menurut dia, perang dingin antara Tito dan Arief yang terjadi sejak sekitar dua bulan terakhir telah mengganggu soliditas internal Polri. Apalagi, seorang Kabareskrim secara tugas, fungsi, dan peran bertanggung jawab langsung kepada Kapolri.
"Ini langkah tepat untuk akhiri perang dingin di elite Polri dalam rangka membangun soliditas, karena ini mau pemilu, di mana Polri harus solid," kata Neta.
Neta menambahkan, 'perang dingin' antara Tito dengan Arief dipicu oleh isu pengkhianatan. Menurut dia, aksi pembangkangan terhadap pemimpin Polri menjadi hal yang menyelimuti isu tersebut.
(CnnIndonesia) BP/JP
Komentar