Kebijakan Antisipatif Selamatkan Rupiah dari Keterpurukan

Medan,BP: Pemerintah atau BI harus menjaga dan memantau perkembangan ekonomi dan politik agar nilai rupiah dapat terjaga. Kebijakan antisipatif ini juga untuk menyelamatkan rupiah dari keterpurukan.
Pengamat ekonomi Sumut Benyamin Gunawan berbicara pada harianbatakpos.com di Medan, Selasa (6/5) ketika diminta tanggapannya terkait semakin terpuruknya mata uang rupiah hingga hampir menembus level Rp14.000/dolar AS.
Benyamin menjelaskan, sebelumnya saat BI rate hanya dinaikkan sebesar 25 basis poin Rupiah justru sempat terpuruk hingga menembus level Rp14.200 per US dolar. Akan tetapi, kondisi terus berubah di saat Gubernur BI yang baru di lantik Perry Warjiyo kembali menaikkan BI 7 Days Repo Rate sebesar 25 basis poin.
Pada saat itu, imbuh Benyamin lagi, rupiah langsung menguat dikisaran 13.800an dan terus bertahan di bawah 14 ribu hingga saat ini. Sedangkan tekanan mata uang rupiah sebelumnya dipicu oleh membaiknya tingkat imbal hasil obligasi di AS yang dibarengi dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed.
Hal inilah yang membuat rupiah terpuruk hampir menembus angka Rp14.000 sebelumnya. Terjadi pemindahan dana atau shifting dari pasar keuangan nasional ke AS. Namun demikian, tambahnya lagi, saat ini rupiah masih mampu untuk terus berkonsolidasi di bawah kisaran 14 ribuan.
Saya pikir, ini posisi masih cukup aman. Saya perkirakan masih akan bertahan di level tersebut hingga ada wacana kenakakan suku bungan acuan di AS mendatang. Intinya, pemerintah atau BI bisa menjaga nilai tukar dengan terus memantau perkembangan ekonomi dan politik di luar. Pasalnya, kebijakan ini untuk menyelamatkan rupiah harus berupa kebijakan antisipatif.
Artinya, kita bertindak dulu dan tidak harus menunggu ada kebijakan dari luar , baru kita lakukan penyeimbang, karena kalau modelnya seperti itu, maka rupiah tetap berpeluang anjlok terlebih dahulu. Selanjutnya lakukan semacam kebijakan pengelolaan fiskal yang kredibel. Hal ini, tegas Benyamin lagi, agar fundamental rupiah bisa diperkokoh tidak hanya dari sisi moneter namun juga fiskal.(P1/BP)
Komentar