Ketum Apindo, Hariyadi Sukamdani Minta Insentif Agar Pengusaha Transkasi Non Dolar AS
Jakarta-BP: Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai pemerintah perlu memberi insentif tambahan agar pengusaha mau melakukan transaksi perdagangan antar negara dengan menggunakan mata uang selain dolar Amerika Serikat (AS).
Saat ini, pengusaha Indonesia sebenarnya sudah bisa bertransaksi dengan pengusaha Malaysia dan Thailand dengan mata uang lokal masing-masing negara, yaitu rupiah, ringgit, dan baht. Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga sudah mengeluarkan kebijakan transaksi swap lindung nilai untuk mata uang renminbi China dan yen Jepang.
Kendati begitu, Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani menilai kebijakan ini belum sepenuhnya menarik bagi pengusaha untuk mau bertransaksi dengan mata uang non dolar AS. Sebab, dolar AS masih dianggap sebagai mata uang yang paling mudah digunakan dan aman bagi pengusaha. Meski, harga dolar AS kini tengah melambung hingga Rp14.800.
"Tapi ternyata mereka (pengusaha) tidak sepenuhnya percaya. Kalau ekspor ke China, eksportir maunya dibayar dengan dolar AS, dia (pengusaha asal China) juga begitu," ujar Hariyadi, akhir pekan lalu.
Untuk itu, katanya, pemerintah perlu berperan untuk menambah kepercayaan dan kenyamanan kepada pengusaha agar mau bertransaksi dengan mata uang selain dolar AS, khususnya dengan renminbi China. Maklum saja, Negeri Tirai Bambu itu merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah ekspor Indonesia ke China sebesar US$2,19 miliar atau sekitar 15,38 persen dari total ekspor Tanah Air pada Juli 2018. Sedangkan, nilai impor China ke Indonesia sebesar US$4,26 miliar atau 27 persen dari total impor Indonesia pada bulan yang sama.
Ia bilang, kalangan pengusaha sebenarnya telah berkomunikasi dengan pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengenai insentif ini. Namun, belum ada kelanjutan dari usulan tersebut.
"Makanya apa yang kira-kira bisa diberikan melalui insentif dari negara? Ini harus ada insentif supaya sama-sama. Karena kalau tidak ada intervensi, kedua negara tetap saja pakai dolar AS lagi dolar AS lagi," katanya.
Di sisi lain, menurutnya, insentif dari pemerintah ini perlu diberikan agar penggunaan dolar AS bisa berkurang, sehingga bisa turut menurunkan tekanan terhadap rupiah.
"Karena kalau tetap pakai dolar AS bisa repot, karena di Indonesia itu cenderung yang punya dolar AS juga tidak konversi ke rupiah," pungkasnya. (Cnn/JP)
Komentar