Medan, HarianBatakpos.com –  Sebuah video yang menunjukkan bayi dilempar-lempar dalam tradisi “Turun Mandi” telah menjadi viral di media sosial. Tradisi ini, yang bertujuan agar bayi menjadi kuat dan tidak kaget saat dewasa, memicu banyak perdebatan. Di satu sisi, ada yang menganggapnya sebagai bagian dari budaya, namun di sisi lain, banyak yang memperingatkan akan bahayanya bagi kesehatan bayi.
Bahaya Tradisi Melempar Bayi
Dalam video tersebut, bayi dilempar berkali-kali sebelum ditangkap oleh orang dewasa. Banyak warganet mengekspresikan kekhawatiran mengenai potensi risiko yang dihadapi bayi. Dr. dr. Hari Wahyu Nugroho, seorang dokter spesialis anak, menekankan bahwa tindakan ini dapat menyebabkan pendarahan di otak dan organ lainnya. “Kemampuan bayi untuk mencegah pendarahan masih belum optimal,” ujarnya, menjelaskan bahwa kekurangan vitamin K pada bayi dapat meningkatkan risiko perdarahan serius.
Mengapa Tradisi Ini Masih Dilestarikan?
Meskipun ada risiko yang jelas, tradisi “Turun Mandi” tetap dipraktikkan oleh sebagian masyarakat. Sosiolog Drajat Tri Kartono menjelaskan bahwa tradisi ini memiliki makna sosial dan spiritual yang dalam. Upacara ini tidak hanya merupakan ritual untuk bayi, tetapi juga untuk memperkenalkan mereka kepada lingkungan sosial yang lebih luas. Dengan adanya komunikasi yang terus menerus tentang nilai-nilai tradisi, praktik ini tetap hidup di tengah masyarakat, dilansir dari laman lambeturah.co.id.
Diskusi mengenai tradisi melempar bayi dalam “Turun Mandi” menunjukkan adanya perbedaan antara pandangan budaya dan ilmiah. Meski dianggap sebagai ritual yang telah ada sejak lama, penting untuk mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan bayi. Edukasi dan kesadaran masyarakat akan bahaya yang mungkin ditimbulkan perlu ditingkatkan agar tradisi dapat tetap dilestarikan tanpa mengorbankan keselamatan generasi mendatang.
Ikuti saluran Harianbatakpos.com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VbAbrS01dAwCFrhIIz05
Komentar