Merkel Khawatir Krisis Keuangan Turki Meluas Ke Eropa

Jakarta-BP: Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyuarakan keprihatinan terkait krisis mata uang Turki, Lira, dan mengkhawatirkan dampaknya akan meluas ke Uni Eropa (UE). Penurunan Lira yang signifikan sejak sepekan terakhir, dikawatirkan akan semakin memperburuk perekonomian Turki.

Analis mengatakan, utang korporasi Turki senilai US$ 300 miliar membuat Lira sangat rentan terhadap dolar, terlebih dengan sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS). Namun para spekulan menilai krisis Lira berpotensi menyebar ke pasar keuangan negara-negara berkembang di Asia, bahkan ke Eropa.

Angela Merkel, mengkhawatirkan krisis keuangan Turki akan meluas ke UE, baik melalui kerugian bank-bank Spanyol dan Italia yang terkena pinjaman buruk, maupun dari kenaikan migrasi yang tidak populer secara politis.

Terkait dengan itu, Merkel meminta Erdogan untuk menurunkan suku bunga bank, sehingga memungkinkan bank sentral Turki menaikkan biaya pinjaman resmi dari tingkat sekarang yang yang sekitar 17,7%.

“Tidak ada yang tertarik pada destabilisasi ekonomi di Turki. Tetapi semuanya harus dilakukan untuk memastikan bank sentral independen,” kata Merkel, di Berlin, Jerman, Selasa (14/8).

Krisis Lira telah mempengaruhi pasar keuangan global. Sejumlah mata uang di negara-negara berkembang, baik di India dan Indonesia mengalami penurunan. Bahkan Euro pun mengalami penurunan terendah dalam 13 bulan terakhir.

Chief Analist Economist Intelligence Unit yang berbasis di Turki, Agathe Demarais, mengatakan dengan kondisi ekonomi yang terbebani utang luar negeri, Turki membutuhkan kebijakan ekonomi yang sangat ortodoks, disiplin fiskal dan independensi bank sentral untuk membalikan situasi saat ini.

“Kalau Turki akhirnya melakukan normalisasi huubungan dengan AS, maka akan mengurangi kerja keras tersebut,” ujar Demarais.

Boikot

Sementara itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengancam akan memboikot barang-barang elektronik AS, untuk menghadapi perang ekonomi yang sedang dilancarkan negara adi kuasa itu terhadap Turki.

Erdogan menyerukan warga Turki untuk menukar dolar dengan Lira untuk menopang nilai tukar Lira yang telah merosot sebesar 23% sejak pekan lalu. Tak hanya itu, Erdogan juga meminta warganya untuk memboikot barang elektronik AS, termasuk i-phone.

“Kalau mereka memiliki iPhone, ada Samsung di tempat lain. Di negara kita sendiri ada Vestel,” kata Erdogan.

Perselisihan diplomatik antara kedua negara itu, turut memicu krisis ekonomi di Turki dan menyebabkan Lira merosot hingga 40% sepanjang tahun ini. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, nilai tukar Lira terhadap Dolar turun sebesar 16%. Penurunan itu masih ditambah sebesar 7% pada perdagangan awal pekan ini.

Pada perdagangan Selasa (14/8), Lira mengalami kenaikan sekitar 5%, seiring sejumlah kebijakan yang dilakukan pemerintah. Bank Sentral Turki mengumumkan akan mengucurkan aliran dana untuk memastikan perbankan nasional likuid. Akan tetapi para pelaku pasar kecewa karena Bank Sentral Turki tida menaikkan suku bunga. (SUARAPEMBARUAN/JP)

Penulis:

Baca Juga