Pedagang Buku dan Pakaian Sekolah Panen

Para orang tua murid serbu pedagang buku sejumlah pasar tradisional dan modren. Terlihat salah seorang pedagang buku di Pusat Pasar kualahan melayani para orang tua murid. (foto BP/Redihman Damanik).

Medan-BP: Dalam memasuki tahun ajaran baru 2018/2019, para pedagang buku, pakaian maupun alat tulis pesta di berbagai sentra pasar baik tradisional maupun modern, pesta panen.

Menurut pantau harianbatakpos.com di beberapa pasar di Medan seperti Pasar Simpang Limun, Sukaramai, Petisah, Kampung Baru dan Pusat Pasar, Senin(9/7) para pedagang kualahan melayani konsumen.

Rupanya salah seorang konsumen di Pusat Pasar mengakui harga keperluan sekolah mulai alat tulis, bolpoin, buku tulis, maupun pakaian mengalami lonjakan.

Namun hal-hal seperti ini dapat dimaklumi karena inilah saat panen buat pedagang. "Umumnya harga kebutuhan sekaloh melonjak setiap saat di tahun ajaran baru," ujar Surpani.

Saya tadi bawa uang untuk keperluan belanja kebutuhan anak sekolah Rp 500.000 ternyata tidak cukup. Karena anakku ada 2 orang sedang masuk sekolah satu masuk SMP dan seorang lagi masuk SMA.

Hanya pakaian seragam sekolah 2 pasang sudah kena Rp 200.000. Belum lagi biaya untuk beli buku dan persiapan lainnya.

"Yah, memang beratlah biaya anak sekolah ini. Belum lagi nantinya beli pakaian dinas atau seragam, pakaian olahraga dan uang sekolah," ujarnya.

Hal yang sama diakui Nur Wuryanti di pasar Petisah, saat ini orang miskin sangat sulit mengecap pendidikan akibat tingginya biaya.

Untuk kebutuhan seorang anak sekolah setiap bulannya paling murah Rp 1 juta/bulan. Biaya transport perharinya setidaknya Rp 20.000/orang.

Kalau 2 orang setidaknya Rp.40.000/hari X 25 hari/bulan = Rp 1. 000.000. Ini belum uang sekolah, uang buku, uang pakayan seragam maupun pakaian olahraga.

"Pokoknya untuk masyarakat ekonomi lemah seperti kehidupan saya ini, cukup beratlah menyekolahkan anak," tegasnya.

Padahal pemerintah selalu menjanjikan sekolah biaya murah tetapi pada kenyataannya nihil. Semua mencekik leher. Sehingga tak jarang anak miskin putus sekolah.

"Sedangkan untuk menyekolahkan tingkat SMP-SMA sudah begitu susah, apalagi menyeekolahkan anak kuliah," ujarnya. (BP/RD)

Penulis:

Baca Juga