Penembakan Massal di Swedia 11 Tewas di Campus Risbergska, Pelaku Bunuh Diri

Orebro, HarianBatakpos.com – Tragedi penembakan massal di Swedia mengguncang dunia pada 4 Februari 2025, ketika Rickard Andersson, seorang pria berusia 35 tahun, melakukan serangan brutal di Campus Risbergska, Örebro. Insiden ini menewaskan 11 orang, termasuk pelaku, dan melukai enam lainnya. Peristiwa ini menjadi penembakan massal paling mematikan dalam sejarah Swedia.
Campus Risbergska adalah pusat pendidikan orang dewasa yang menawarkan kursus bagi mereka yang belum menyelesaikan pendidikan dasar atau menengah, termasuk program untuk imigran dan penyandang disabilitas intelektual. Pada saat kejadian, sekitar 2.000 siswa terdaftar di institusi tersebut.
Menurut laporan dari The Guardian, polisi Swedia sedang menyelidiki kemungkinan motif rasial di balik serangan ini, mengingat beberapa korban berasal dari berbagai negara, termasuk Suriah. Kepala kepolisian Örebro, Roberto Eid Forest, menyatakan bahwa bukti di tempat kejadian menunjukkan bahwa Andersson telah meninggal dunia sebelum polisi tiba, setelah menembakkan senapan berburu ke dirinya sendiri. Meskipun memiliki izin resmi kepemilikan senjata api, motif di balik serangan tragis ini masih belum jelas.
Saksi mata menggambarkan situasi mencekam saat penembakan berlangsung. Seorang siswa bernama Marwa mengatakan bahwa ia melihat beberapa orang tergeletak di lantai dengan luka tembak. "Seorang pria di sebelah saya tertembak di bahu dan mengalami pendarahan hebat," ujarnya. Marwa langsung mengambil syal temannya dan mengikatkan ke luka korban untuk menghentikan pendarahan.
Hingga Rabu malam, enam korban masih dirawat di Rumah Sakit Universitas Örebro, lima di antaranya telah menjalani operasi akibat luka tembak. Tiga perempuan dan dua laki-laki dilaporkan berada dalam kondisi stabil tetapi serius, sementara seorang perempuan lainnya mengalami cedera ringan.
Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, menyatakan bahwa ini adalah hari yang menyakitkan bagi Swedia dan menekankan pentingnya persatuan dalam menghadapi tragedi ini. Keluarga kerajaan Swedia, termasuk Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia, mengunjungi sekolah tersebut dan meletakkan bunga putih di tugu peringatan sebagai bentuk penghormatan bagi para korban.
Meskipun serangan di sekolah tergolong jarang terjadi di Swedia, negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir mengalami lonjakan kasus kekerasan bersenjata. Warga Örebro berkumpul di sekitar sekolah pada Rabu malam untuk meletakkan bunga sebagai penghormatan bagi para korban. "Kami kehilangan orang-orang yang seharusnya memiliki masa depan cerah," ujar Shamsul Qamar Andesh, mantan siswa sekolah tersebut.
Pemerintah Swedia kini mempertimbangkan untuk memperketat undang-undang kepemilikan senjata api sebagai respons atas tragedi ini. Parlemen Swedia ingin membatasi akses terhadap senjata semi-otomatis, khususnya senapan AR-15, yang digunakan dalam beberapa penembakan massal di negara lain.
Komentar