Pernyataan Netanyahu; Tidak Ada Gencatan Senjata Tanpa Capai Tujuan Perang

Harianbatakpos.com , JAKARTA - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah membuat pernyataan mengejutkan dalam perundingan gencatan senjata di Gaza. Ia menegaskan bahwa Israel tidak akan menerima gencatan senjata permanen di Gaza sampai tujuan perang mereka tercapai. Salah satu tujuan yang dimaksud oleh Netanyahu adalah menghancurkan kelompok Hamas dan memastikan semua sandera dibebaskan.

Pernyataan Netanyahu ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengumumkan bahwa Israel telah mengusulkan rencana tiga tahap kepada Hamas. Seorang politisi senior Hamas menyatakan bahwa pihaknya akan menyetujui kesepakatan ini jika Israel juga menyetujuinya.

Namun, tidak ada jaminan bahwa tekanan yang dilakukan oleh Biden terhadap Israel dan Hamas akan membuahkan kesepakatan. Kantor Netanyahu menyatakan bahwa kondisi Israel untuk mengakhiri perang tidak berubah.

Mereka menekankan bahwa persyaratan yang diajukan, seperti menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, membebaskan semua sandera, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel, harus dipenuhi sebelum ada kesepakatan yang ditandatangani, seperti dilansir dari Tribunnews.com.

Rencana yang diusulkan oleh Biden mencakup gencatan senjata penuh dan menyeluruh sebagai fase pertama. Fase ini juga melibatkan penarikan pasukan Israel dari daerah berpenduduk dan pertukaran beberapa sandera dengan tahanan Palestina.

Kemudian, fase kedua akan melibatkan pembebasan semua sandera yang masih hidup, termasuk tentara Israel yang ditahan. Dan fase terakhir adalah pengembalian jenazah sandera Israel yang meninggal, serta rencana rekonstruksi yang melibatkan bantuan AS dan internasional untuk membangun kembali infrastruktur di Gaza.

Hamas menginginkan jaminan bahwa militer Israel tidak akan kembali ke Gaza setelah sandera dibebaskan, dan rencana yang diusulkan oleh Biden memenuhi tuntutan ini. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini akan mendapatkan tentangan dari Israel.

Biden mencoba mengatasi kekhawatiran tersebut dengan mengatakan bahwa kemampuan Hamas sudah terdegradasi sehingga mereka tidak memiliki kemampuan untuk melakukan serangan besar terhadap Israel lagi.

Namun, tidak semua orang di Israel menerima kesepakatan ini. Netanyahu juga menghadapi tekanan dari para pemimpin militer dan intelijen, serta anggota kabinet perangnya yang berhaluan tengah, untuk menerima gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

Benny Gantz, saingan utama Netanyahu yang bergabung dengan pemerintahan persatuan darurat, mengancam akan mengundurkan diri jika Netanyahu tidak berkomitmen pada rencana tersebut. Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, juga mendesak Netanyahu untuk menyetujui kesepakatan tersebut.

Perang di Gaza telah menelan banyak korban jiwa dan menghancurkan infrastruktur di wilayah tersebut. Pengiriman bantuan telah terganggu, dan kelaparan semakin meluas. Dukungan awal Biden terhadap hak Israel untuk membela diri telah berubah menjadi kecaman atas penderitaan dan kematian di Gaza.

Meskipun demikian, Amerika Serikat tetap menjadi sekutu terpenting dan pemasok senjata utama bagi Israel. Perjuangan mencapai gencatan senjata permanen di Gaza masih terus berlanjut, dan harapan akan perdamaian dan keamanan bagi semua pihak yang terlibat tetap menjadi tujuan utama.

Penulis: Yuli Astutik

Baca Juga