Reformasi Pendidikan: Menghadapi Tantangan Learning Loss dan Schooling Without Learning

Mendikdasmen Abdul Mu'ti
Mendikdasmen Abdul Mu'ti

Medan,  HarianBatakpos.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti baru-baru ini mengungkapkan dua masalah krusial yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran di kelas. Masalah pertama adalah learning loss, yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan keterlambatan akademik pada siswa. Masalah kedua adalah fenomena schooling without learning, di mana siswa bersekolah tetapi tidak memahami materi secara mendalam. "Inilah yang secara metodologi dan pedagogis harus kita perbaiki," ungkap Mu'ti.

Dalam menghadapi masalah ini, Mu'ti menekankan perlunya metode baru, salah satunya adalah Deep Learning. Metode ini dirancang untuk mendalami pemahaman siswa sehingga mereka tidak hanya menghafal, tetapi juga dapat menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini, Mu'ti berharap pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa, dilansir dari Kompas.com.

"Ketika kami menerapkan Deep Learning nanti, fondasinya akan ada tiga, yaitu mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning," tuturnya. Ia juga mengimbau penyelenggara pendidikan untuk fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran agar siswa benar-benar memahami ilmu yang dipelajari.

Mu'ti menegaskan bahwa pendekatan Deep Learning tidak akan mengganggu kurikulum yang ada. Sekolah tetap dapat memilih antara Kurikulum Merdeka atau Kurikulum 2013 (K-13). "Tinggal Anda mau terapkan di mana, terserah, yang penting mendalam," tegasnya.

Dengan demikian, fokus pada Deep Learning diharapkan dapat mengatasi masalah learning loss dan schooling without learning, menjadikan pendidikan lebih efektif dan bermanfaat bagi siswa.

Penulis: Yuli astutik
Editor: Hendra

Baca Juga