Revitalisasi Pendidikan Tinggi: Peran Ganti Menteri dan Kurikulum

Medan, HarianBatakpos.com - Dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia, pernyataan WAKIL Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Riset, Stella Christie, menjadi sorotan. Latar belakang akademisnya yang mentereng, termasuk pendidikan di Universitas Harvard, memberikan perspektif baru.
Menurut Stella, perbedaan signifikan antara pendidikan luar negeri dan di Tanah Air terletak pada pendekatan dalam menciptakan pengetahuan baru.
Stella menegaskan, "Pendidikan tinggi itu bagaimana knowledge atau pengetahuan baru dibuat." Pernyataan ini menunjukkan pentingnya pendidikan yang mendorong inovasi dan kreativitas.
Sebagai contoh, mantan Wakil Presiden RI, Muhammad Hatta, mengembangkan ide koperasi sebagai respons terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Koperasi, sebagai sistem kolektivisme, dinilai lebih sesuai dengan budaya Indonesia, dilansir dari akurat.co.
Penting untuk memahami bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada hasil penelitian, tetapi juga pada pengembangan pemikiran dan konsep baru. Ir. Soekarno, sebagai tokoh lainnya, menciptakan ide Pancasila yang muncul dari renungan mendalam selama masa pengasingan. Pancasila menjadi landasan negara, menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Konsep-konsep ini menunjukkan bahwa pendidikan harus berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia yang mandiri. Di era kepemimpinan saat ini, penting untuk mengeksplorasi kembali kurikulum yang ada, agar mampu menghasilkan pemikir-pemikir baru. Hal ini sejalan dengan cita-cita pendidikan yang bersifat independen dan inovatif.
Maka dari itu, ganti menteri ganti kurikulum harus menjadi langkah strategis dalam menciptakan sistem pendidikan yang mampu melahirkan ide-ide brilian. Pendidikan yang inklusif dan adaptif akan melahirkan generasi yang mampu menjawab tantangan zaman.
Komentar