Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS pada Perdagangan Jumat

Pelemahan Rupiah Mengancam Keseimbangan Ekonomi Nasional
Pelemahan Rupiah Mengancam Keseimbangan Ekonomi Nasional

HarianBatakpos.com - Rupiah akhirnya berhasil menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (31/5/2024), setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan dolar AS mulai melandai.

Berdasarkan data Refinitiv pada pukul 09:00 WIB, rupiah dibuka naik tipis 0,03% ke posisi Rp 16.250/US$. Sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, rupiah ditutup melemah 0,62% di posisi Rp 16.255/US$.

Rupiah berbalik menguat setelah yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) dan dolar AS mulai melandai. Yield Treasury acuan tenor 10 tahun melandai 7 basis poin (bp) menjadi 4,55%, turun dari posisi tertingginya sejak awal Mei 2024.

Sedangkan indeks dolar AS (DXY) pada perdagangan Kamis kemarin terpantau melemah 0,36% menjadi 104,72, dari sebelumnya pada Rabu lalu di angka 105,1.

Melandainya yield Treasury AS dan dolar AS terjadi setelah data proyeksi kedua dari pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2024 tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya dan data klaim pengangguran terbaru menunjukkan adanya kenaikan.

Departemen Perdagangan melaporkan PDB riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,3% pada kuartal pertama, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6% tetapi sedikit lebih buruk dibandingkan perkiraan Dow Jones sebesar 1,2%.

Pengurangan konsumsi, dari pertumbuhan 2,5% menjadi 2%, merupakan penyebab utama revisi penurunan tersebut. Selain itu, data klaim pengangguran mingguan AS untuk periode pekan yang berakhir 25 Mei 2024 terpantau meningkat yakni menjadi 219.000, dari sebelumnya pada April lalu sebanyak 216.000 klaim.

Investor masih menanti rilis data ekonomi penting yang akan dirilis menjelang akhir pekan ini, dengan data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) terbaru akan dirilis pada Jumat besok.

PCE menjadi ukuran inflasi favorit bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan investor akan mencermatinya untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek kebijakan moneter The Fed.

Pasar memperkirakan inflasi PCE AS secara tahunan melandai menjadi 2,6%, sedangkan secara bulanan juga cenderung turun menjadi 0,2%. Adapun PCE inti diperkirakan juga turun menjadi di 0,2%.

Jika inflasi PCE benar-benar melandai atau sesuai ekspektasi pasar, maka ada kemungkinan The Fed dapat mengubah sikapnya, meski mereka masih melihat data inflasi utama berikutnya.

Penulis: Affif Dwi As'ari

Baca Juga