Rupiah Terus Melemah, Harga Indomie Cs & Roti Siap Naik

Foto: REUTERS / Thomas Peter

Jakarta-BP: Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan & Minunan Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan industri makanan dan minuman pasti bakal terdampak jika Dolar AS terus menguat dan perang dagang AS merambat ke Indonesia.

Sebab, kata dia, sebagian bahan baku industri makanan dan minuman domestik masih mengandalkan impor.

Adhi menuturkan produk terdampak paling besar adalah yang berbahan dasar tepung dan gandum, seperti roti dan mie instan. Selain itu, susu juga akan ikut terdampak karena sebagian besar bahannya masih impor.

"Kalau industri makanan sendiri yang terkena dampaknya itu yang berbahan tepung, terigu, itu kan banyak, paling enggak roti, mie instan. Susu juga karena kan dia 80% nya masih impor," ujar Adhi usai diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).

Jika nantinya rupiah terus melemah dan perang dagang semakin memanas sehingga industri makanan minuman semakin kewalahan, Adhi bilang pihaknya dengan terpaksa akan menaikkan harga. Namun besarannya, masih akan dikalkulasikan lebih lanjut.

"Ya mau enggak mau, tapi semoga enggak terjadi," kata dia.

Ia menjelaskan, hal ini terjadi sebagai dampak dari daya saing dalam negeri yang belum kuat, ditambah impor makin besar tetapi ekspor belum bisa setinggi impor.

"Sekarang kami dari industri, khususnya mamin (makanan dan minuman), sedang berhitung, apakah perlu naik harga atau tidak. Lalu efisiensi lain, apakah perlu ganti kemasan atau tidak, apakah perlu ubah ukuran jual dan sebagainya, ini semua dalam kajian dan perlu waktu lama," terang Adhi.

Ia juga mengungkapkan, apabila Dolar AS sudah sampai ke level Rp 15.000, maka kenaikan harga tentu tidak terelakkan, pasalnya level tersebut sudah melewati batas toleransi yang bisa diterima oleh industri mamin.

"Kalau di APBN kan tahun ini asumsinya Dolar AS di Rp 13.000 sekian, toleransi kami di Rp 14.000, tapi sekarang sudah tembus lebih dari Rp 14.000 cenderung mau ke Rp 15.000. Meski sudah menguat sedikit, ancaman masih terjadi, dan sekarang kami masih berhitung, tetapi kalau sudah 15.000 mau tidak mau harga pasti naik," tambahnya.

"Oleh sebab itu kami berharap pemerintah segera stabilkan nilai tukar dan kalau bisa turunkan lagi ke Rp 13.000," pungkas Adhi.

sumber: cnbcindonesia.com

Penulis:

Baca Juga