Rute Diawali di Situs Pertempuran di Sukaramai, LVRI Medan Gelar Napak Tilas Karo Area

Ketua LVRI Kota Medan Mayor (Purn) Sumbat Sembiring didampingi Ketua PiVERI Kota Medan Ny Rahel Tarigan di Kantor LVRI Kota Medan Jalan Gatot Subroto Medan, Kamis (08/08/2019).BP/erwan

Medan-BP: Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI)  Kota Medan beserta Komunitas Penulis Kota Medan (KPM) dan para Pewaris Nilai Heroisme Kejuangan Karo Area akan melaksanakan Napak Tilas Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Tanah Karo, Rabu, (14/08/2019) mendatang.

Ketua LVRI Kota Medan Mayor (Purn) Sumbat Sembiring didampingi Ketua PiVERI Kota Medan Ny Rahel Tarigan di Kantor LVRI Kota Medan Jalan Gatot Subroto Medan, Kamis (08/08/2019) menjelaskan bahwa kegiatan Napak Tilas Karo Area ini dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT ke74 RI dengan melintasi rute-rute Napak Tilas yakni:

Rute napak tilas diawali di situs pertempuran di Sukaramai. Di Lokasi Situs Sukaramai ini terjadi pertempuran yang seru antara pasukan gerilya dari Sektor III Sub Teritorial (Subter) VII Komando Sumatera (Napindo Halilintar) Pimpinan Mayor Selamat Ginting alias Pa Kilap dengan tentaara kolonialis Belanda.

Di Sukaramai ini juga ikut serta para pejuang Bagura (Barisan Gurila Rakyat) dari Gayo di bawah kepemimpinan Illyas Leube yang sangat heroik. Disinilah gugur salah seorang anak buah Illyas Leube pejuang dari Gayo bernama Pang Aman Dimot yang dikenal kebal dengan senjata dan pemberani sesuai julukannya ‘Pang’ yang artinya pemberani (bahasa Gayo dan Karo). Dia tidak pernah takut menghadapi musuh meskipun dalam perang terbuka.

Menurut ceritanya Pang Aman Dimot berani perang hadap-hadapan (head to head). Dalam sebuah perang terbuka Pang Aman Dimot membuat pasukan Belanda terdesak dan banyak korban dipihak Belanda. Namun tidak lama kemudian datang bantuan tentera Belanda di situ dua kawannya tewas di Sukaramai. Pang Aman Dimot juga meninggal Sukaramai, karena dia dilindas tank Belanda.

Selanjutnya situs petrempuran kedua di Bertah. Dimonumen Sektor III Napindo Hlilintar. Monumen ini dan kawasan sekitarnya juga merupakan Medan pertempuran yang seru dan sengit antara sektot III melawan Belanda. Disinilah gugurnya Kapten Pala Bangun pada 07 Mei 1949 Komandan Batalyon I. Di Bertah ada monumen Perjuangan Sektor III Halilintar yang menyimpan memori heroisme ribuan laskar Pejuang Karo.

Kunjungan situs ketiga Kuta Buluh Simole dan sekitarnya. Di sini ada pertepuran mulai dari Kite Kambing kemudian Lau Jering (Desa Nari Gunung), Bintang Meriah dan Pos Komando Belanda di Kuta Buluh. Di kawasan ini gugur Letnan Kumpul Sembiring seorang ahli penembak pesawat.

Khusus di Desa Kuta Buluh ditetapkan sebagi puncak acara Napak Tilas Karo Area dengan membuat acara mengadakan pertemuan LVRI Kota Medan, LVRI Kabupaten Karo dan para veteran di sekecamatan Kuta Buluh bersama keluarga Pahlawan Pemberani dari keluarga Letnan Kumpul Sembiring yang gugur secara heroik dari serangan udara tentara Belanda.

Situs berikutnya, adalah tempat pertempuran di kawasan Gunung Sinabung sekitarnya tepatnya Tiga Kicat. Dalam pertempuran Bukit Keci-keci di Tiga Kicat gugur Sniper yang paling ditakuti Belanda yaitu Letnan Rata Perangin-Angin. Lenan Rata Perangin- Angin putra Buah raya Kuta Buluh ini memiliki keberanian di atas rata-rata para gerilyawan pejuang yang sering melakukan serangan sendiri-sendiri ke pos-pos Belanda di daerah Kaban Jahe. Demikian penuturan Mayor Sumbat Sembiring Ketua LVRI Kota Medan.

Sementara itu Jonahtan Tarigan selaku putra gerilyawan pejuang Resimen IV Divisi 10 yang ketika itu Komandan Gerilyanya Kapten Nelang Sembiring menjelaskan bahwa Palagan Pertempuran Karo Area itu sangat strategis dan taktis, di Konfrensi Meja Bundar (KMB) 1949 Den Haag sebagai bagian dari daerah modal adalah daerah yang tidak jatuh di dalam penguasaan Belanda. Sementara itu daerah-daerah lain di Indonesia sudah dikuasai oleh Belanda.

Dengan demikian secara defakto tesis Belanda yang menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah dikuasai sepenuhnya oleh Belanda, menjadi gugur. Keberadaan daerah modal inilah akhirnya membawa kepada pengakuan Belanda di KMB. Selanjutnya pada Januari 1950 masuklah pasukan Indonesia dari Tanah Karo Kompi Sinambung ke Medan yang dipimpin oleh Letnan Raja Sahnan yang terakhir berpangkat Letjen, demikian Jonathan Tarigan.

Sedangkan Ketua Komunitas Penulis Kota Medan (KPM) Tania Depari dalam kesempatan itu mengatakan akan menviralkan melalui tulisan-tulisan yang inspiratif dalam upaya mewariskan nilai-nilai heroisme kejuangan dari Karo Area untuk para generasi Muda Indonesia.

Para pewaris nilai-nilai kejuangan itu antara lain, Daniel Sitepu, Benyamin Sukatendel, Ralo Sebayang, Petrus Pepeng Barus, Inganta Taigan, Hambali, Rafael Ginting, Robert Beres Tarigan, Nanci Meininta Brahmana, Riah Ginting Manik. (BP/EI)

Penulis: -

Baca Juga