Selain Demo, Buruh di Medan Gelar Lomba Panjat Pinang dan Pukul Bantal

Pinang yang disiapkan panitia untuk perlombaan panjat pinang di Lapangan Merdeka, Medan. Foto:Rahmat Utomo

Medan-BP: Forkopimda Sumut saat membuka acara May Day di Lapangan Merdeka, Medan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan

Peringatan May Day juga dirayakan oleh berbagai elemen buruh di Medan, Sumatera Utara. Setiap elemen buruh di Medan punya cara berbeda dalam merayakan Hari Buruh.

Sekitar 22 organsiasi buruh di Sumut merayakan dengan mengikuti bazar kuliner dan berbagai perlombaan di Lapangan Merdeka Medan, kegiatan ini didukung oleh Forkopimda Sumut.

Sementara itu, massa dari organisasi buruh lainnya memperingati May Day dengan long march di jalan-jalan protokol, hingga berunjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumut.

Massa buruh di Lapangan Merdeka, tampak bersuka cita merayakan May Day, kegiatan di tempat itu diawali dengan pemotongan nasi tumpeng bersama Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto, Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen M Sabrar Fadhilah, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, dan Forkopimda lainnya.

Massa buruh FSPMI saat berunjuk rasa di depan kantor Gubernur Sumut. Foto: Rahmat Utomo/kumparan

Selanjutnya dilakukan pelepasan balon ke udara dan burung merpati sebagai pembuka. Acara dilanjutkan dengan hiburan musik dangdut, lomba panjat pinang, pukul bantal, balap bakiak hingga lucky draw, seperti perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.

Forkompimda Sumut menyaksikan lomba pukul bantal saat May Day di Lapangan Merdeka, Medan. Foto: Rahmat Utomo

Ketua Panitia Anggiat Pasaribu mengatakan ada 22 elemen dari organisasi buruh di Sumut, yang tergabung pada kegiatan itu, tuntutan para buruh tetap sama dengan buruh lainnya,  yakni menghapus outsourcing dan meminta direvisinya PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang pengupahan yang kerap menyengsarakan para buruh.

"Kita berharap sesegera mungkin pemerintah mau menghapus itu. Kalau perjuangannya itulah memang perjuangan buruh berulang-ulang, bertahun tahun," ujar lelaki yang menjadi Ketua DPS Serikat Pekerja Nasional (SPN) Sumut itu.

Sementara itu, Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto mengucapkan selamat atas perayaan May Day ini. Dia berharap apa yang dicita-citakan para buruh bisa tercapai.

"Mungkin nanti ada kerja sama pekerja dengan pengusaha dengan pemerintah dan  pekerja dengan aparat keamanan. Mudah mudahan apa yang (kita) cita-citakan bersama, mudah-mudahan kita bisa menjalani sisa hidup kita menjadi insan-insan sejahtera dan merdeka," ujar Agus.

Pinang yang disiapkan panitia untuk perlombaan panjat pinang di Lapangan Merdeka, Medan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan

Berbeda dengan perayaan hari buru di Lapangan Merdeka. Ratusan massa dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Sumatera Utara berunjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumut.

Tak ada sama sekali panggung hiburan, bagi mereka May Day merupakan panggung yang tepat untuk menyampaikan bagaimana ketidaksejahteraan kaum buruh yang kerap diabaikan pemerintah.

"Kegiatan yang dilakukan pemerintah provinsi dan kabupaten kota, setiap peringatan May Day Internasional dengan membuat acara kibotan seperti meninabobokan buruh," ujar  Ketua FSPMI Sumut, Willy Agus Utomo.

"Analogi May Day seperti itu ibarat ayahmu meninggal baru 40 hari, tahlilan. Istri atau kerabat kita bilang jangan tahlilan. Bagaimana perasaan kawan-kawan. Sakit kan?," ucapnya.

Massa buruh FSPMI saat berunjuk rasa di depan kantor Gubernur Sumut. Foto: Rahmat Utomo/kumparan

Menurut Willy, perayaan dengan berbagai hiburan layaknya seperti pesta tidak perlu dilakukan. Sebab hingga kini permasalahan kesejahteraan buruh di Sumut belum bisa dituntaskan.

"Mereka (pemerintah ) hanya ingat ketika perayaan Hari Buruh dengan berpesta-pesta.  Tapi selesai Hari Buruh, kasus-kasus perburuhan seperti upah murah, outsourcing dan kebijakan perburuhan masih sangat-sangat melukai hati kaum buruh," jelasnya.

Willy juga menjelaskan kegiatan dangdutan serta bagi bagi hadiah hanya menghabiskan anggaran daerah saja, sementara itu upah buruh dalam kurun 6 tahun terakhir tertinggal jauh dari daerah lain.

"Untuk apa acara yang mengeluarkan dana pemerintah itu dibuat seperti itu. Sementara buruh masih sengsara," ujar Willy.

(Kumparan)BP/Mack

Penulis:

Baca Juga