Serangan Terus Dilancarkan Israel ke Rafah, Seruan “All Eyes on Rafah” Membara dan Netanyahu Dikritik

Harianbatakpos.com , Gaza - Serangan terhadap Rafah oleh Israel terus berlanjut meskipun adanya seruan untuk menghentikan operasi dari Pengadilan Internasional PBB. Meski banyak negara melakukan demonstrasi di kedutaan besar Israel untuk meminta perang dihentikan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap melanjutkan serangan terhadap wilayah pengungsi terakhir di Gaza tersebut. Dalam perkembangan terbaru, terungkap bahwa bom yang digunakan dalam serangan tersebut adalah bom buatan Amerika Serikat (AS).

Gerakan "All Eyes on Rafah" semakin membara dan menjadi viral di media sosial. Seruan ini mengajak masyarakat dunia untuk tidak acuh terhadap genosida yang terjadi di Gaza.

Gerakan ini mendapatkan perhatian dari berbagai organisasi dan kelompok negosiasi yang berupaya memperjuangkan perdamaian dan kemakmuran di Rafah. Namun, beberapa konten terkait serangan Israel di Gaza dilaporkan telah dihapus oleh Meta, pemilik Facebook dan Instagram.

Houthi juga kembali melakukan serangan rudal ke kapal yang melintas di Laut Merah. Serangan ini merusak kapal milik Yunani berbendera Kepulauan Marshall.

Sementara itu, demonstrasi anti-Israel juga terjadi di Paris, dengan polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa seperti dilansir dari CNBCINDONESIA.com.

Di tengah serangan yang terus berlanjut, perundingan gencatan senjata baru akan dimulai di Kairo, Mesir. Namun, ada ketidakpastian apakah perundingan ini akan berhasil.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam PBB dan menyerukan negara-negara Muslim untuk mengambil tindakan bersama atas serangan Israel. Sementara itu, Brazil menarik duta besarnya dari Israel sebagai bentuk dukungan terhadap gencatan senjata di Gaza.

Dalam konteks politik Israel, kabinet Perdana Menteri Netanyahu mengalami perpecahan. Menteri kabinet Gadi Eisenkot menyebut Netanyahu gagal total dan menyerukan pemilihan umum.

Dewan Gereja Dunia juga mengutuk serangan Israel di Gaza, sementara AS mendapat tekanan untuk menghentikan dukungan tanpa syarat kepada Israel.

Dalam perkembangan lain, terungkap bahwa senjata yang digunakan dalam serangan Israel di Rafah adalah buatan AS. Bom tersebut diidentifikasi melalui unsur-unsur yang ditemukan di puing-puing serangan.

Presiden AS Joe Biden juga menghadapi tekanan di dalam negeri untuk mengubah kebijakan dukungan AS terhadap Israel.

Dalam situasi yang semakin memanas, jumlah korban tewas di Gaza terus bertambah. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa setidaknya 36.171 orang telah tewas selama lebih dari tujuh bulan perang antara Israel dan militan Palestina.

Dalam kesimpulan, serangan terhadap Rafah oleh Israel terus berlanjut, sementara seruan "All Eyes on Rafah" membara dan mendapatkan perhatian global. Perkembangan politik di Israel juga menunjukkan perpecahan di dalam kabinet Netanyahu.

Di tengah situasi ini, tekanan terus diberikan kepada Israel untuk menghentikan serangan dan mencapai gencatan senjata. Semoga perdamaian dapat terwujud di Gaza dan korban-korban tak berdosa dapat terlindungi.

Penulis: Yuli Astutik

Baca Juga