Stabilitas Rupiah dan Pelonggaran Likuiditas Jadi Kunci Pemulihan Pasar Saham Indonesia

Stabilitas Rupiah dan Pelonggaran Likuiditas Jadi Kunci Pemulihan Pasar Saham Indonesia
Foto Pecahan Uang Dollar dan Rupiah

Jakarta, HarianBatakpos.com - Stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan pelonggaran likuiditas menjadi faktor utama dalam pemulihan sentimen pasar saham Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Dimas Ardhinugraha.

Stabilitas Rupiah dan Dampaknya pada Pasar Saham

Secara historis, pasar saham Indonesia menunjukkan kinerja positif ketika nilai tukar rupiah stabil atau menguat, serta kondisi likuiditas lebih longgar.

Faktor ini memberikan kepercayaan bagi para investor untuk tetap berinvestasi di pasar modal.

“Kami berharap ini dapat terjadi setelah ‘the dust settles’ ketika pengenaan tarif AS sudah lebih jelas, apalagi jika dibantu oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” ujar Dimas di Jakarta, Rabu.

Sejak Januari 2025, keresahan pasar terus meningkat akibat kebijakan tarif AS yang belum jelas dan sering berubah.

Bahkan, indeks ketidakpastian kebijakan perdagangan pada Februari 2025 melonjak ke level tertinggi kedua sejak era perang tarif tahun 2018.

Ketidakpastian Kebijakan Tarif dan Respons Pasar

Menurut Dimas, pasar saham Indonesia masih menunggu kejelasan terkait kebijakan tarif AS.

Setelah ada kepastian, pasar diharapkan dapat mengkaji ulang risiko dan peluang yang ada sehingga volatilitas dapat mereda.

Sementara itu, dari sisi kebijakan moneter global, komentar terakhir Ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga.

Hal ini karena inflasi masih belum mencapai target 2 persen, sementara sektor tenaga kerja tetap kuat.

Di sisi lain, The Fed juga membuka peluang pemangkasan suku bunga yang lebih agresif jika indikator ekonomi menunjukkan pelemahan signifikan.

Saat ini, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan The Fed (FFR) masih selaras dengan proyeksi bank sentral, yakni sebesar 50 basis poin sepanjang tahun ini.

Pengaruh Kebijakan Tarif AS terhadap Indonesia

Bagi Indonesia, dampak pengenaan tarif resiprokal dari AS diperkirakan masih terbatas. Saat ini, tarif rata-rata antara Indonesia dan AS berada di kisaran 4 persen.

Namun, masih perlu dipastikan apakah kebijakan baru akan mengikuti tarif rata-rata atau tarif spesifik per kategori barang.

Untuk sektor baja, pengenaan tarif 25 persen oleh AS juga diperkirakan tidak berdampak signifikan.

Data menunjukkan bahwa ekspor baja Indonesia ke AS pada 2023 hanya mencapai 199 juta dolar AS atau sekitar 0,07 persen dari total ekspor Indonesia yang mencapai 264 miliar dolar AS.

Dengan kondisi ini, pasar saham Indonesia masih memiliki peluang untuk pulih, terutama jika stabilitas rupiah terus terjaga dan likuiditas semakin longgar.

Penulis: Affif Dwi As'ari

Baca Juga