harianbatakpos.com – Kabupaten Batubara kembali diterpa bencana banjir setelah salah satu tanggul di aliran Sungai Suka, Desa Kandangan, Kecamatan Laut Tador, jebol dihantam arus banjir kiriman. Tanggul yang jebol pada Kamis (10/10/2024) sepanjang 20 meter kini terus tergerus oleh derasnya aliran sungai, mengancam area perkebunan sawit dan pemukiman warga di sekitar hilir sungai.
Menurut Daniel, Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batubara, luapan air sungai telah merendam sekitar 40 hektare lahan perkebunan sawit milik warga dan berdampak pada 40 kepala keluarga. “Kami sudah melakukan evakuasi, namun sebagian warga telah menyelamatkan diri secara mandiri,” ujarnya pada Sabtu (12/10/2024). Daniel juga menambahkan bahwa jika tanggul yang jebol tidak segera diperbaiki, banjir akan terus meluas dan mengancam desa-desa di hilir sungai.
Saat ini, BPBD Batubara telah mendirikan tenda pengungsian bagi warga terdampak sebagai langkah sementara hingga perbaikan tanggul dilakukan.
Bencana seperti jebolnya tanggul ini menyoroti pentingnya pendidikan dan kesadaran akan kesiapsiagaan bencana, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir. Dalam konteks pendidikan, sekolah-sekolah di daerah rawan bencana perlu meningkatkan kurikulum yang mencakup mitigasi risiko bencana. Pendidikan bencana bisa menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa, guru, dan masyarakat mengenai tindakan yang harus diambil dalam situasi darurat.
Program pelatihan kesiapsiagaan bencana di sekolah, seperti simulasi evakuasi banjir, penting untuk membantu generasi muda mengantisipasi dan merespons bencana alam dengan cepat. Penerapan pendidikan berbasis mitigasi bencana ini dapat mendorong lahirnya masyarakat yang lebih tanggap terhadap risiko bencana, seperti banjir yang sering kali melanda daerah-daerah bantaran sungai.
Selain itu, pemerintah dan sekolah bisa bekerja sama untuk menyusun peta daerah rawan bencana dan menyediakan jalur evakuasi aman bagi warga dan siswa. Pendidikan formal dan non-formal tentang pengelolaan sumber daya alam, termasuk perawatan tanggul dan infrastruktur penahan banjir, juga dapat mengurangi potensi kerusakan yang lebih besar di masa mendatang.
Keterlibatan siswa dalam aksi lingkungan juga menjadi penting, terutama dalam menjaga keberlanjutan ekosistem di sekitar daerah aliran sungai, seperti penanaman pohon dan penghijauan, yang bisa membantu mengurangi risiko erosi dan bencana banjir.
Dengan seringnya terjadi bencana banjir akibat jebolnya tanggul di berbagai daerah, peran pendidikan dalam menanamkan kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana menjadi kunci utama. Langkah ini tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga menyelamatkan nyawa dan properti warga di masa depan.
Perbaikan infrastruktur, kesadaran masyarakat, dan pendidikan bencana adalah komponen-komponen penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.BP/CW1
Komentar