Teknologi Canggih dan Dunia yang Berubah Cepat : Generasi Z Menghadapi Tantangan Mental yang Kompleks

Jakarta, harianbatakpos.com – Generasi Z, yang lahir dan tumbuh dalam era kemajuan teknologi, membawa karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya. Namun, di tengah kenyamanan digital, generasi ini juga menghadapi tantangan mental yang cukup berat. Founder dan CEO TALKINC, Erwin Parengkuan, mengungkapkan bahwa generasi ini, yang kerap disebut sebagai generasi “vulnerable” atau rentan, tumbuh di dunia yang terus terhubung secara digital namun penuh tekanan.
“Kita tahu bahwa generasi Z ini adalah generasi yang vulnerable atau generasi yang rentan, generasi yang easily track under pressure," ujar Erwin dalam wawancara eksklusif, Senin (28/10/2024). Erwin menjelaskan bahwa Gen Z tidak hanya harus beradaptasi dengan cepatnya perubahan teknologi, tetapi juga dihadapkan dengan sejumlah tantangan global yang memengaruhi mental mereka.
Gen Z tumbuh dalam situasi penuh ketidakpastian: tingkat pengangguran yang tinggi, pemutusan hubungan kerja (PHK), hingga ketegangan geopolitik yang mengancam stabilitas dunia. “Mereka adalah anak muda yang disisakan bumi yang sudah rusak, tapi di sisi lain, teknologi begitu cepat dan maju,” tambah Erwin. Tantangan-tantangan ini membuat generasi Z sering merasa tidak aman dan tidak nyaman, bahkan lebih rentan dibandingkan generasi sebelumnya.
Tekanan ini semakin meningkat dengan adanya media sosial, di mana banyak generasi Z merasa harus selalu tampil sempurna. Erwin menyebutkan bahwa kemudahan mengakses media sosial ternyata membawa sisi gelap. “Jangankan mereka (Gen Z), kita saja tidak nyaman dengan lingkungan orang-orang yang makin gampang tersulut emosi. Banyak orang yang tidak saling mengenal, tetapi dengan mudah menghujat di media sosial,” lanjutnya.
Fenomena ini, lanjut Erwin, kerap menciptakan tekanan sosial dan menciptakan perilaku tidak menyenangkan di dunia maya. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental, seperti meningkatnya kasus kecemasan dan depresi. Lingkungan digital yang penuh tekanan ini juga membentuk pola pikir generasi Z yang berbeda dari generasi sebelumnya, seperti baby boomer yang cenderung tangguh namun otoriter.
“Tidak heran perilaku-perilaku tidak menyenangkan muncul, karena tekanan yang begitu besar dari lingkungan, juga dari dalam diri yang muncul terhadap generasi Z,” tutup Erwin.
Menghadapi tantangan mental yang kompleks ini, banyak pihak mulai menyadari pentingnya pendidikan yang memperhatikan kesehatan mental generasi muda. Dalam dunia pendidikan, pemahaman akan tantangan emosional dan psikologis yang dihadapi Gen Z dapat menjadi dasar untuk mendampingi mereka tumbuh di era serba cepat ini. Sekolah dan institusi pendidikan dapat menjadi tempat untuk mendidik dan membekali generasi ini tidak hanya dengan pengetahuan, tetapi juga ketangguhan mental yang mampu menyeimbangkan dampak lingkungan digital di sekitar mereka.BP/CW1
Komentar