Terpuruknya Mata Uang Rupiah Warning “Lampu Kuning” Krismon Tahun 1998
Akibat terpuruknya Mata Uang Rupiah yang berada pada level Rp14.300/dolar AS terlihat Toko Elektronik di Jalan Jamin Ginting Medan sepi pembeli Kamis (24/5/2018). (BP/San)
MEDAN,BP: Ditengah Pemerintah disibukkan dengan aksi Terorisme yang cukup besar membawa korban jiwa, kini muncul masalah baru terhadap hantaman ekonomi dengan terpuruknya mata uang rupiah terhadap Dolar AS yang telah menembus level Rp14.300/dolar AS.
Betapa tidak, terpuruknya mata uang rupiah sangat mengejutkan karena pada awal Tahun 2018 hanya berada pada kisaran Rp13.500/dolar AS. tetapi Mata Uang Paman Sam ini, kini terpuruk hingga mencapai Rp14.300/dolar AS. Sedangkan penyebabnya akibat Bank Central AS The Feed akan menaikkan suku bunganya sehingga banyak dana asing yang keluar dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.
"Dampak dari melemahnya mata uang Rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai Rp14.300/dolar AS bisa menghantam konsumsi rumah tangga karena banyak produk impor yang berbasis bahan baku impor karena harganya turut naik," kata Muhammad Faisal selaku Direktur Center Of Reforman Economi (CORE) pada wartawan di Jakarta, kemarin.
Faisal juga menegaskan, kalau pemerintah RI tidak cepat menstabilkan mata uang rupiah ini akan terjadi krisis moneter (krismon) jilid 2 seperti yang terjadi pada tahun 1998. "Secara makro terpuruknya mata uang rupiah pada level Rp14.300/dolar AS belum memicu terjadinya krisis ekonomi tetapi sudah bisa dikategorikan pertanda "Sudah masuk warning Lampu Kuning," katanya.
Impor Sumut Naik
Sementara terpuruknya mata uang Rupiah pada kisaran Rp14.300, membuat impor Sumut mengalami kenaikan US$ 0,95 miliar atas sekitar 30,51%. Hal ini berdasarkan perbandingan realisasi Januari sampai Maret tahun 2017 dan tahun 2018 sekitar US$1,2 miliar. Sedangkan perbandingan ekspor pada priode yang sama Januari sampai Maret 2017 dan 2018 mengalami penurunan dari tahun 2017 US$2,3 miliar kini menjadi US$2,1 miliar.
"Dampak dari terpuruknya mata uang Rupiah terhadap Dollar AS pengaruh kepada sektor industri produk elektronik rumah tangga. Begitupun kenaikan produk elektronik tidak sesuai dengan melemahnya daya beli masyarakat saat ini," kata Kasi Perdagangan Luar Negeri Disperindag Sumut Ikhsan pada Harian Batakpos.com di Kantor Jalan Putri Hijau Medan, Kamis (24/5/2018).
Jenis barang impor yang dicatat mengalami kenaikan seperti bahan bakar/mineral, mesin mekanik, mesin/peralatan listrikampas/sisa industri makanan, pelastik/produk elastik, pupuk/bahan kimia, gandum, besi, baja, produk karet dan produk lainnya seperti garam, gula, belerang dan timah.
Sedangkan ekspor dengan komoditi sawit dan turunannya seperti CPO, kopi, teh, rempah, kimia organik, tembakau udang, sabun, kayu, minyak nabati hewan, dengan negara tujuan AS, Tiongkok, India, Jepang, Belanda, Pakistan, Malaysia, Mesir, Bangadesh, Korsel, Jerman dan negara Selandia Baru.
UMKM Terancam Bangkrut
Hal senada juga disampaikan Ketua Dewan Koperasi Indonesia Drs Jabmar Siburian MM pada Harian Batakpos.com, kemarin. Menurutnya, melonjaknya nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah hingga bertengger pada level Rp14.300/dolar AS berdampak besar kepada dunia usaha kecil dan menengah.
"Dunia Usaha Makro Kecil dan Menengah (UMKM) terancam bangkrut akibat meroketnya nilai tukat dolar itu," tegas Siburian.
Salah satu contoh kita lihat, sektor usaha angkutan seperti spare part umumnya import. Mana ada spare part produk dalam negeri. Inilah yang dapat membunuh pengusaha domestik bertaraf kecil dan menengah.
Untuk itu, sarannya, Pemerintah harus melakukan antisipasi dini. Bila usaha kecil menengah bangkrut akan berpengaruh besar terhadap perekonomian bangsa dan negara secara nasional khususnya di Sumatera Utara.
Stabil
Terkait terpuruknya mata uang Rupiah terhadap Dolar AS yang berada pada level Rp13.300/dolar AS ,harga barang elektronik seperti handphon dan leptop masih terlihat stabil.
Seperti yang diungkapkan Nisa staf Marketing Toko Elektronik kepada Harian Batakpos.com, Kamis (24/5/2018) di Jalan Jamin Ginting Medan. “Sejauh ini rencana untuk menaikkan harga barang belum ada. Harga semua jenis, type dan merk, baik merk Oppo, Lenovo, Huawe dan Mito masih normal," tandasnya.
Harga jual masih seperti biasa, yakni 1 handphone merk unit Lenopo @Rp1.750.000 – Rp2.250.000; 1 unit handphone merk Oppo @ 1.900.000 – Rp.2.600.000. Hanphone merk Huawe @ Rp 2.600.000-Rp3.000.000.“Itupun melihat typenya, jika typenya berbeda, tentu harganya berbeda juga, ucap Nisa merinci.
Disinggung daya beli masyarakat saat ini, Nisa mengakui memang sedikit sepi.” Dalam minggu ini daya masyarakat untuk membeli agak sepi, tidak seperti biasanya ramai,”. Kenapa sebelumnnya ramai, sebab toko ini memberikan pelayanan baik kepada para pembeli dengan cara pembayaran kredit, tandas Nisa. (P-1/P-2/R-SAN)
Komentar