Toko Es Krim Unik Diaspora Indonesia di Las Vegas Raup Keuntungan Hampir Satu Miliar Rupiah

HarianBatakpos,com, JAKARTA – BP: Seorang diaspora Indonesia di Las Vegas, Amerika Serikat, berhasil mengembangkan bisnis es krimnya dengan menawarkan berbagai menu unik yang membuat tokonya viral. Kini, usaha toko es krim tersebut meraih keuntungan hampir satu miliar rupiah per tahun.
Inovasi Menu di Creamberry
Toko es krim Creamberry yang dimiliki oleh Rosalina Sie menawarkan berbagai hidangan penutup khas Indonesia, termasuk es campur, roll ice cream, toast, dan waffle. Namun, menu 'Cotton Candy Burrito' yang mencuri perhatian publik setelah diulas oleh media lokal.
“Kombinasi cotton candy dengan es krim ini benar-benar disukai tamu-tamu kami,” ujar Rosalina. Kreasi ini membuat Creamberry menjadi populer dan menarik banyak pelanggan, seperti disadur dari laman VOAIndonesia.com.
Peran Media Sosial dalam Kesuksesan
Media sosial memainkan peran besar dalam kesuksesan Creamberry. Kimberly Oralao, salah satu pelanggan setia, mengatakan bahwa variasi menu di Creamberry sangat menarik dan selalu ada menu baru untuk dicoba. “Saya sering ke sini bareng pacar, mungkin sekali atau dua kali seminggu. Variasi menunya luar biasa,” kata Kimberly.
Hanna Lamon, pelanggan lain, mengaku bahwa media sosial mempengaruhi keputusannya untuk mencoba tempat baru. “Saya sering melihat tempat-tempat menarik di TikTok dan langsung ingin mencobanya,” ujarnya.
Rosalina memanfaatkan kekuatan media sosial dengan bekerja sama dengan penulis blog kuliner dan terus memperbarui menu es krimnya setiap bulan. “Postingan dari blogger terkenal sangat membantu membuat produk kami viral,” jelas Rosalina.
Tantangan dan Keberhasilan di Bisnis
Rosalina berasal dari keluarga pebisnis. Sebelum pindah ke AS, keluarganya memiliki toko pakaian di Tanah Abang, Jakarta Pusat, dan setelah menetap di AS, mereka membuka restoran makanan China. Ide membuka toko es krim muncul dari kegemaran suaminya terhadap makanan pencuci mulut.
“Kenapa tidak membuka satu toko yang khusus untuk dessert dengan berbagai produk?” kenang Rosalina. Untuk memulai bisnis ini pada tahun 2016, Rosalina menginvestasikan sekitar 300.000 dolar AS, atau sekitar Rp4,9 miliar. Sekarang, dengan 12 karyawan, Creamberry menghasilkan keuntungan tahunan hingga 60.000 dolar AS, atau hampir Rp1 miliar.
Namun, perjalanan bisnisnya tidak selalu mulus. Di awal, Rosalina harus menghadapi berbagai ketentuan ketat untuk membuka usahanya di AS. Perbedaan budaya dan prosedur hukum antara Indonesia dan AS juga menjadi tantangan. “Di sini, kita harus turun tangan seratus persen, mengontrol, belanja bahan baku, melatih pegawai, dan menciptakan menu baru,” ungkapnya.
Dampak Pandemi dan Harapan Masa Depan
Pandemi COVID-19 sempat melumpuhkan bisnis di Las Vegas yang sangat bergantung pada pariwisata. Beruntung, Creamberry dapat bertahan berkat bantuan pemerintah AS, meski restoran orang tuanya harus gulung tikar.
Rosalina menyadari bahwa harga produk tidak bisa sembarangan dinaikkan meski biaya produksi meningkat. “Harga barang-barang naik, tapi harga dessert tidak bisa naik banyak. Untungnya, produk kami cukup unik sehingga tetap menarik bagi pelanggan,” kata Rosalina.
Rosalina berharap strategi yang diterapkannya saat ini bisa terus mengembangkan bisnisnya. Ia juga telah mendaftarkan Creamberry sebagai usaha waralaba (franchise) dengan harapan bisa membuka gerai di negara bagian lain di AS.
Menurut riset konsultan industri global IBISWorld tahun 2023, perkiraan cakupan pasar industri toko makanan pencuci mulut di Amerika mencapai 20,4 miliar dolar AS, dengan pertumbuhan rata-rata 5.0 persen per tahun selama lima tahun terakhir. Dengan potensi pasar yang besar ini, Rosalina optimis masa depan Creamberry akan semakin cerah.
Komentar