Tukar Dolar Setara Rp 25 T, Ini Omzet Bisnis Boy Thohir
Jakarta-BP: Garibaldi Thohir atau akrab disapa Boy Thohir, hari ini buat gebrakan dengan menukar transaksi perusahaan yang selama ini menggunakan dolar ke rupiah.
Tak tanggung-tanggung, total transaksi yang dikonversi diperkirakan mencapai US$ 1,7 miliar atau setara dengan Rp 25 triliun. Transaksi ini didapat dari kerja sama dengan mitra lokal seperti Pertamina, Pama, dan lainnya.
Rincinya adalah sebagai berikut terdiri dari royalti pajak dalam Rupiah, yang kurang lebih sekitar US$ 600 juta - US$ 700 juta. Lalu transaksi bahan bakar dengan PT Pertamina (Persero), sekitar US$ 400 juta- US$ 500 juta, dan sisanya merupakan transaksi dengan tiga kontraktor yakni PT Saptaindra Sejati, PT Pama Persada, dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama senilai US$ 600 juta- US$ 700 juta.
"Penggunaan dolar kami kan pada dasarnya tidak terlalu banyak, karena kami kan berorientasi ekspor. Alat-alat kontraktor memang dirakit disini, tetapi komponennya kan impor," jelas Boy kepada media saat menyampaikan penjelasan aksi perusahaan melakukan konversi Dolar AS ke Rupiah, di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
Lantas, bagaimana sebenarnya omzet bisnis Adaro yang tercatat sebagai produsen dan eksportir batu bara terbesar kedua di negara ini.
Dikutip dari laporan keuangannya PT Adaro Energy Tbk, di semester pertama tahun ini perusahaan membukukan laba US$ 195,38 juta. Turun 12,14% dari periode sebelumnya yang senilai US$ 222 juta.
Meski laba turun, pendapatan perusahaan sepanjang periode tersebut mengalami peningkatan tipis sebesar 3,93% menjadi US$ 1,61 miliar (Rp 23,18 triliun) dari US$ 1,54 miliar (Rp 22,30 triliun) pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan ini utamanya ditunjang karena kenaikan harga jual rata-rata sebesar 9% akibat tingginiya harga Global Coal Newcastle.
Sementara itu, aset perusahaan secara total bernilai sebesar US$ 6,78 miliar, turun tipis dari US$ 6,81 miliar. Total aset ini terdiri US$ 1,68 miliar aset lancar dan US$ 5,09 miliar aset tak lancar.
Berdasar data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Adaro tercatat sebagai produsen batu bara kedua terbesar di negara ini. Hingga Agustus 2018, tercatat produksi batu bara perusahaan mencapai 28,9 juta ton dan ekspor 25,7 juta ton.
(CnbcIndonesia) BP/JP
Komentar