HarianBatakpos.com – Cita-cita pemerintah menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok global kendaraan listrik semakin dekat. Hal tersebut menyusul beroperasinya pabrik prekursor baterai di tanah air yang siap menyuplai kebutuhan raksasa kendaraan listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla. Dengan keberadaan pabrik ini, Indonesia menunjukkan komitmennya untuk menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik di dunia.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membeberkan prekursor baterai yang dipasok untuk Tesla nantinya akan berasal dari pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di kawasan industri Weda Bay, Maluku Utara milik Huayou Indonesia. “Kemarin dari Huayou sedang bangun prekursor di Maluku Utara untuk suplai permintaan Tesla, jadi ke depan 1 Januari 2025 Indonesia akan mengirim material bahan baterai prekursor dari Indonesia yaitu pabriknya di Weda Bay,” ungkapnya saat konferensi pers Realisasi Investasi Kuartal II 2024 di Jakarta, dikutip Selasa (30/7/2024).
Di samping itu, Bahlil juga mengungkapkan bahwa program hilirisasi yang terus digencarkan pemerintah saat ini telah menjadi incaran para investor baik dalam negeri maupun asing. Terbukti hingga kuartal II-2024, realisasi investasi di sektor hilirisasi mencapai Rp 105,6 triliun. “Ini data hilirisasi totalnya pada kuartal II itu Rp 105,6 triliun atau 24,6%,” ungkapnya. Sektor hilirisasi ini sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.
Adapun, pembangunan proyek smelter mineral menjadi pemicu tingginya realisasi investasi pada periode tersebut dengan capaian sebesar Rp 70,9 triliun. Rinciannya yakni smelter nikel sebesar Rp 47,5 triliun, tembaga Rp 19,6 triliun, bauksit Rp 3,7 triliun dan timah Rp 0,1 triliun. Selain itu, sektor pertanian dan kehutanan juga berkontribusi signifikan, dengan investasi mencapai Rp 12,5 triliun untuk CPO dan Rp 11,2 triliun untuk pulp and paper.
Perlu diketahui, setidaknya ada dua proyek smelter nikel Huayou di Weda Bay, Maluku Utara, yakni proyek Huake Nickel Indonesia dan Huafei Nickel Cobalt. Proyek Huake Nickel Indonesia yaitu proyek pengolahan nikel dengan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) plus sulfidasi feronikel yang matang, dan menggunakan bijih nikel laterit untuk menghasilkan iternary precursor intermediates dari bahan energi baru.
Sementara proyek Huafei Nickel Cobalt, mengadopsi Teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) Generasi ke-4, yang memiliki keunggulan seperti proses yang singkat, konsumsi energi yang rendah, dan ramah lingkungan. Setelah proyek ini selesai konstruksi, maka akan menggantikan posisi Huayue Nickel Cobalt sebagai proyek HPAL bijih nikel laterit terbesar di dunia.
Komentar