Medan, HarianBatakpos.com – Kebutuhan global akan oksigen medis sangat tinggi dan terus meningkat. Setiap tahunnya, sekitar 374 juta anak dan orang dewasa memerlukan akses ke oksigen medis untuk bertahan hidup. Namun, hanya satu dari tiga orang di negara berpenghasilan rendah yang dapat mengaksesnya. Hal ini menimbulkan tantangan besar dalam sistem kesehatan global, khususnya bagi pasien dengan kondisi medis darurat.
Terapi oksigen memiliki peran krusial dalam menyelamatkan nyawa, terutama bagi pasien yang mengalami gagal napas atau yang sedang di bawah anestesi. “Oksigen dibutuhkan dalam setiap tingkat sistem kesehatan untuk anak dan dewasa, dalam berbagai rentang kondisi mulai dari yang akut hingga kronis,” ungkap Hamish Graham, peneliti dari Murdoch Children’s Research Institute. Meskipun oksigen medis telah digunakan selama 150 tahun untuk menyelamatkan jiwa, masalah distribusi dan akses masih menjadi kendala utama, dilansir dari Kompas.com.
Penelitian menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 memperburuk situasi ini, mengungkap kelemahan dalam sistem kesehatan yang ada. Usulan komisi peneliti mencakup rencana untuk meningkatkan produksi, penyimpanan, dan distribusi oksigen, bahkan di negara-negara termiskin. Mereka juga mengidentifikasi pentingnya akses terhadap alat pengukur kadar oksigen dalam darah, atau pulse oximeter, yang sering kali tidak tersedia di fasilitas kesehatan yang memerlukannya.
Akhirnya, langkah-langkah pencegahan yang efektif, seperti imunisasi, pengurangan polusi, dan pola makan sehat, menjadi bagian integral dalam mengurangi permintaan oksigen medis. Tanpa tindakan ini, tantangan kekurangan oksigen medis akan terus menghantui sistem kesehatan global.
Komentar