Medan, HarianBatakpos.com – Hipertensi merupakan kondisi medis yang memerlukan perhatian serius, terutama bagi mereka yang mengalami hipertensi resisten. Kompas.com melaporkan bahwa hipertensi resisten adalah kondisi di mana tekanan darah tetap tinggi meski sudah mengonsumsi tiga jenis obat penurun tensi. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan hipertensi tidak hanya bergantung pada obat, tetapi juga pada gaya hidup dan pemeriksaan rutin.
Pentingnya Pemantauan Rutin
Sebelum dan selama pengobatan hipertensi, pemeriksaan rutin sangat penting untuk menyesuaikan dosis dan jenis obat yang digunakan. Dokter Shidi Laksono dari RS Jantung Siloam menjelaskan, “Salah satu penyebab tekanan darahnya tidak turun-turun adalah aktivitas saraf yang berlebihan.” Dengan pemantauan yang tepat, dokter dapat menentukan apakah pasien mengalami hipertensi resisten, yang berdampak serius pada kesehatan jantung dan risiko stroke.
Gejala hipertensi resisten sering kali tidak terasa, sehingga banyak orang yang mengabaikan kesehatan mereka. Oleh karena itu, penting untuk memantau tekanan darah secara teratur, terutama seiring bertambahnya usia. Gaya hidup kurang bergerak, pola makan tinggi garam, dan kegemukan adalah beberapa faktor yang dapat memperburuk kondisi ini.
Pilihan Pengobatan Inovatif
Saat ini, tersedia pilihan pengobatan alternatif seperti teknik ablasi atau renal denervation untuk mengatasi hipertensi resisten. Prosedur ini melibatkan pengendalian saraf yang mempengaruhi tekanan darah. Dokter Shidi menekankan bahwa meski pengobatan ini efektif, pasien tetap perlu mengonsumsi obat. “Mengurangi konsumsi obat dari yang tadinya 5 obat jadi hanya satu atau dua sudah kemajuan yang besar,” ujarnya.
Dengan perkembangan pengobatan ini, pasien diharapkan dapat mengelola hipertensi mereka dengan lebih baik. Pemahaman dan kesadaran tentang kondisi ini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti gagal jantung dan stroke, dikutip dari pafikabpnbrebes.org.
Komentar