Medan, HarianBatakpos.com – Puasa Ramadhan sering kali dianggap sebagai pemicu gangguan pencernaan. Namun, penyebab utama dari masalah ini biasanya terletak pada pola makan yang tidak tepat selama menjalankan ibadah. Dalam konteks kesehatan, penting untuk memahami bagaimana kebiasaan makan selama bulan suci dapat memengaruhi sistem pencernaan.
Selama Ramadhan, umat Muslim tidak makan dan minum dari terbit fajar hingga maghrib. Hal ini bisa menyebabkan kekhawatiran, terutama mengenai gangguan pencernaan seperti diare, nyeri ulu hati, dan refluks asam. Menurut Dr. Ifa Mufida dari Universitas Negeri Malang, masalah ini sering kali disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap pola makan saat berbuka dan sahur.
Untuk menghindari gangguan pencernaan selama puasa Ramadhan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, hindari makanan yang merangsang asam lambung, seperti makanan pedas dan berlemak. Setelah berpuasa selama lebih dari 14 jam, lambung dalam keadaan kosong, sehingga makanan yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah.
Selanjutnya, penting untuk tidak makan berlebihan. Makan terlalu banyak setelah berpuasa dapat memicu kram perut dan refluks asam. Oleh karena itu, disarankan untuk memulai berbuka dengan makanan ringan dan memilih karbohidrat kompleks yang dicerna secara perlahan. Ini akan membantu menjaga tenaga dan rasa kenyang lebih lama.
Hidrasi juga merupakan faktor penting. Selama puasa Ramadhan, asupan air putih yang cukup sangat diperlukan. Dr. Ifa menjelaskan bahwa dehidrasi dapat menyebabkan sembelit dan nyeri punggung, serta memperburuk gangguan pencernaan.
Terakhir, hindari tidur dengan perut kenyang. Tidur setelah makan berat dapat mengganggu sistem pencernaan. Disarankan untuk menunggu setidaknya dua jam setelah makan sebelum tidur. Dengan memperhatikan pola makan yang baik, Anda dapat menjalani puasa Ramadhan dengan lebih sehat dan nyaman, dikutip dari Kompas.com.
Komentar