Tsunami Palu Donggala: Korban Tewas Jadi 2.045, Bantuan Mulai Menembus Wilayah Terisolir

Jakarta-BP: Di hari terakhir evakuasi, kembali ditemukan sejumlah jenazah, dan korban tewas seluruhnya menjadi 2.045 orang, sementara ratusan lain dinyatakan hilang selain ribuan orang yang dicemaskan tewas tak teridentifikasi karena likuifaksi.
"Adapun para korban selamat yang dulu penduduk Balaroa, Petobo dan Jono Oge, yang hancur oleh likuifaksi, mereka semua meminta direlokasi ke tempat lain," kata Sutopo Purwo Nugroho juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Itu data sampai pukul 13.00, tanggal 10 Oktober ini," kata Sutopo dalam jumpa pers di BNPB, seperti dilaporkan Quiniwaty Pasaribu dari BBC News Indonesia.
Jumlah pengungsi sejauh ini 82.775 orang, dan 8.731 di antaranya di luar Sulawesi Tengah.
"Kami mengimbau agar para pengungsi agar kembali ke Palu agar bisa bekerja lagi," katanya. Kendati masalahnya, sebagian besar rumah mereka hancur.
Ia menjelaskan, rehabilitasi dan rekonstruksi akan mulai dilakukan November mendatang.
Sutopo menegaskan lagi, bahwa Rabu (10/10) ini merupakan hari terakhir upaya evakuasi, pencarian dan penyelamatan, karena jenazah akan sudah terlalu parah kondisinya dan tak akan bisa dikenali.
Kawasan yang amblas dan terkubur tanah akibat proses likuifikasi, akan dijadikan kawasan ruang terbuka hijau.
"Semua setuju mereka minta direlokasi, khususnya di Balaroa, Petobo dan Jono Oge. Tapi pemda minta ada pernyataan tertulis agar tak ada masalah di kemudian hari," lanjut Sutopo.
Sementara itu, pendistribusian bantuan logistik ke sejumlah daerah terisolir yang tertimbun longsor akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, sudah bisa dilakukan lewat jalur darat sejak hari Selasa (09/10).
Sebelumnya, pengiriman bantuan hanya bisa dilakukan dengan helikopter lantaran medan yang tertutup puing-puing bangunan.
Sutopo Purwo Nugroho mengatakan wilayah yang sudah bisa dilewati itu di antaranya di lima desa di Kecamatan Balesang Tanjung, Kabupaten Donggala.
"Desa Ranao Manimbaya, Palau, Pomolulu, Malei, dan Ketong. Kemarin desa-desa itu sudah kami drop bantuan," ujar Sutopo Purwo Nugroho saat jumpa pers sebelumnya.
Sementara di wilayah Sigi, menurutnya, jalan-jalan yang semula tertutup material longsoran juga sudah bisa dilalui, sehingga pengiriman bantuan makanan tak lagi menggunakan helikopter.
"Di Sigi ada tiga kecamatan, Kulawi, Kulawi Selatan, dan Pipikoro," sambungnya.
Namun begitu masih ada satu kecamatan dan beberapa dusun di Kabupaten Donggala yang pendistribusiannya masih mengandalkan jalur udara.
"Kecamatan Sirenja, lalu Dusun Tiga, dan Dusun Labuana jalur daratnya masih tertutup sehingga hanya bisa menggunakan helikopter dan laut," terang Sutopo.
Jumlah meninggal mencapai 2.045 orang
Sampai Rabu (10/10) siang, jumlah korban meninggal mencapai 2.045 orang, kata BNPB. Dari angka itu, korban paling banyak berada di Palu yang berjumlah 1.636 orang.
Sementara di Donggala 171 orang dan Sigi 222 orang, Parigi 15 orang dan di Pasangkayu seorang Sedangkan korban hilang hingga kini mencapai 671 orang.
"Semua jenazah meninggal sudah dimakamkan. Jadi 969 pemakaman massal kemudian 1.076 pemakaman keluarga," ujar Sutopo.
Catatan lain menyebut korban luka berjumlah 10.679. Dari angka ini, 2.549 di antaranya mengalami luka berat dan 8.130 luka ringan.
Menyangkut proses evakuasi, telah digelar rapat koordinasi antara BNPB, Basarnas, Bupati Sigi, Walikota Palu, camat, lurah, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad).
Pertemuan itu memutuskan operasi evakuasi atau pencarian akan tetap dihentikan pada 11 Oktober mendatang.
Sementara lokasi bekas likuifaksi akan dijadikan Ruang Terbuka Hijau atau Memory Park.
Sutopo juga menyebut, lokasi tersebut tidak akan digunakan lagi untuk permukiman penduduk lantaran berbahaya.
Pemetaan Likuifaksi di 12 Kota
Bencana likuifaksi atau rekahan tanah akibat goncangan keras seperti yang terjadi di Palu dan Donggala, memaksa Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mempercepat pemetaan mikro zonasi likuifaksi terhadap 12 kota yang rawan gempa. Belasan wilayah itu di antaranya Padang, Jogjakarta, dan Mataram.
Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM, Antonius Ratdomopurbo mengatakan, pihaknya diberi waktu sampai akhir tahun ini untuk merampungkan peta mikro zonasi sesuai permintaan Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Untuk itu, pihaknya mengirim 26 orang untuk pemetaan lapangan.
"Pemetaan likuifaksi di 12 kota besar jadi prioritas. Terutama kota-kota yang sudah dihuni, itu jadi sasaran utama pemetaan. Apalagi ada sedimen tebal dan rawan gempa. Itu yang sedang kami petakan secara detail," ucap Antonius Ratdomopurbo saat konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Rabu (10/10).
Pemetaan mikro zonasi likuifaksi tersebut juga untuk memastikan mana daerah yang masih layak huni dan tidak sama sekali. Meskipun, ia menilai kalau suatu kawasan diketahui ada potensi likuifaksi, agar tidak ditempati.
Dia juga mengatakan, pemetaan likuifaksi pertama kali di Indonesia baru dimulai pada 2012 silam tatkala terjadi gempa di Padang. Dimana dalam pengamatannya, ada 30 titik likuifaksi. Namun begitu menurut Antonius, karakteristik likuifaksi di masing-masing wilayah berbeda. Ia mencontohkan saat gempa Jogjakarta 2006, dari satu kawasan hanya satu rumah yang tenggelam lumpur.
"Pemicu likuifaksi adalah gempa tapi efeknya macam-macam. Tergantung peran air dan tebalnya sedimen. Nah kami sedang memetakan sedimennya berapa meter, ada yang 70 meter, 50 meter, 20 meter," sambungnya.
Hingga hari ini, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah mencapai 2.045 orang. Korban paling banyak ada di Palu sebesar 1.636 orang dan disusul Sigi kemudian Parigi. Sementara itu, korban yang mengungsi sebanyak 82.775 orang.
Pemerintah menargetkan, proses rehabilitasi dan rekonstruksi baru akan dimulai pada awal November 2018. Sebab saat ini, masih dilakukan pendataan atas kerusakan dan kehilangan.
Ribuan Sekolah Rusak
Gempa dan tsunami yang terjadi di Palu, Donggala, juga Sigi menyebabkan 1.724 sekolah tak berfungsi dengan normal. Beberapa di antaranya ambles terendam air dan lainnya rusak sedang. Selain itu, 22 guru teridentifikasi meninggal dunia dan 14 masih dinyatakan hilang.
Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kemendikbud, Poppy Dewi Puspitawati mengatakan, untuk memaksimalkan proses belajar pihaknya telah membangun satu bangunan sekolah darurat yang terdiri dari tujuh ruangan.
"Dari tujuh ruangan itu, enam untuk kelas mengajar dan satu untuk kebutuhan lain seperti ruang guru dan kepala sekolah. Kami juga sedang menyiapkan 333 unit sekolah darurat lagi dan bantuan tenda dari UNICEF sejumlah 300 unit," ucap Poppy Dewi Puspitawati saat konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Rabu (10/10).
Selain mendata sekolah dan guru, menurut Poppy, kementerian juga mencatat 23 anak meninggal dunia dan 35 hilang. Kemungkinan, mereka terseret tsunami saat gladi resik dan terhisap lumpur di Jono Oge dan Sigi.
Untuk itu, Kemendikbud memberikan bantuan uang tunai kepada guru dan juga para pegawai sebesar Rp180 juta untuk 180 orang. Selain juga mengirim psikiater untuk memulihkan trauma mereka sehingga bisa segera kembali mengajar. Sebab kata dia, sampai sekarang para guru masih banyak yang mengungsi dan bahkan keluar Sulawesi Tengah.
(BbcIndonesia) BP/JP
Komentar