Jakarta, HarianBatakpos.com – Nilai tukar rupiah diprediksi berpotensi menguat di tengah tekanan yang sedang dialami ekonomi Amerika Serikat (AS). Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, yang menilai pelemahan dolar AS memberi ruang bagi penguatan nilai tukar rupiah.
Pada bulan April, data ekonomi AS menunjukkan hasil yang beragam. Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) mencatat jumlah lowongan pekerjaan meningkat menjadi 7,39 juta, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 7,2 juta. Namun, data pesanan pabrik (Factory Orders) mengalami penurunan tajam menjadi -3,7 persen dari sebelumnya diperkirakan naik 3,4 persen. Kondisi ini menandakan bahwa tekanan terhadap ekonomi AS belum mereda sepenuhnya, yang turut berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Menurut Ariston, nilai tukar rupiah mendapat dukungan dari situasi fiskal AS yang sedang tidak stabil. Defisit anggaran yang meningkat serta kemungkinan penambahan utang AS menjadi beban tambahan bagi dolar AS. Isu-isu ini memperkuat potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS.
“Rupiah bisa menguat atau setidaknya tetap stabil di sekitar Rp16.200–Rp16.300 terhadap dolar AS hari ini,” ujar Ariston dalam keterangannya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Pada pembukaan perdagangan Rabu pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah tercatat menguat sebesar 9 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.300 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.309 per dolar AS. Kondisi ini memperlihatkan bahwa tekanan ekonomi AS secara langsung berdampak pada penguatan rupiah di pasar domestik.
Nilai tukar rupiah yang menguat ini menjadi indikator penting terhadap kestabilan ekonomi dalam negeri, sekaligus menjadi peluang bagi pelaku pasar untuk memanfaatkan momentum pergerakan kurs yang dipengaruhi oleh kondisi global, terutama ekonomi AS yang belum sepenuhnya pulih.
Ikuti saluran harianbatakpos.com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VbAbrS01dAwCFrhIIz05
Komentar