Jakarta-BP: Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsudin Haris menyebut lima nama yang berpotensi menjadi penantang Joko Widodo pada Pemilihan Presiden 2019.
Selain Prabowo Subianto, kata Haris, nama Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, Jusuf Kalla serta Rizieq Shihab berpeluang menjadi penantang mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
“Ada empat sampai lima nama, Prabowo, Anies, Gatot, HRS lalu JK. Pak JK bisa muncul sebagai lawan tanding, ia punya peluang,” kata Haris dalam diskusi bertajuk “Presidential Race: Siapa Lawan Tanding Jokowi?” di Kantor PARA Syndicate, Jakarta Selatan, Jumat (6/7).
Namun, Haris menilai, langkah mantan Ketua Umum Partai Golkar itu akan terkendala dukungan partai pengusung. Pasalnya, ambang batas presiden atau presidential thresold (PT) mensyarakatkan dukungan dari 20 persen kursi parlemen.
“Masalahnya nama yang saya sebut (JK) adalah parpol pengusung yang jadi masalah. Ini kan soal negosiasi. Walaupun pak JK punya peluang namun tidak bisa maju tanpa parpol,” ujar Haris.
Menurut Haris, jika JK disandingkan dengan Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), namun partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tetap membutuhkan partai lain untuk berkoalisi mendukung duet JK-AHY.
“Kecuali Golkar melepas dukungan kepada Jokowi. Saya lihat Golkar akan mendukung Jokowi daripada mengusung JK. Terlihat dari tahun 2004 saat JK menjadi wapres SBY tidak didukung Golkar, hal itu akan terulang jika kemudian JK kembali maju pada 2019,” jelas dia.
Sementara Anies, meskipun basisnya hanya Pilkada DKI Jakarta, namun menurut Haris figur mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu bisa menjadi sumber mobilisasi isu SARA atau politisasi agama.
“Tentu hal ini (isu SARA dan politisasi agama) tidak kita kehendaki pada Pilpres mendatang,” imbuhnya.
“Anies ini dengan siapa? Jika dengan JK sebagai cawapres itu lebih sulit dalam hal mendapat dukungan parpol. Lebih menantang bagi Jokowi, namun lebih sulit dapat parpol,”kata dia menambahkan.
Berdasarkan survei SMRC, nama Gatot menempati posisi tertinggi dalam opini publik sebagai capres maupun cawapres. Meskipun di survei elit nama mantan Panglima TNI itu berada di posisi bawah namun di level massa raihannya tinggi.
“Namun masalahnya lagi yang pertama itu parpol, kedua adalah tipikal Gatot ini jual mahal tidak melakukan komunikasi intensif kepada parpol. Harusnya lobi dilakukan. Sebab bagaimanapun tidak bisa maju tanpa dukungan parpol,” ungkapnya.
Lebih lanjut Haris mengungkapkan, bahwa peluang Rizieq Shihab juga terbuka lebar. Pentolan Front Pembela Islam (FPI) itu bisa menjadi lawan alternatif Jokowi bila negosiasi di antara tokoh-tokoh partai oposisi menemui jalan buntu.
“Dengan demikian sebetulnya belum ada yang cukup jelas penantang petahana. Sebab saya katakan penantang utama bukan lagi Prabowo. Peluang Prabowo sebagai capres itu tinggal 50%. Kendala Prabowo saat ini modal, bagaimanapun biaya pencapresan itu luar biasa besarnya,” pungkasnya.
Sumber: merahputih.com
Komentar