Uncategorized
Beranda » Berita » 20 Tahun Nabung, Nenek Penjual Bunga Kenanga Berangkat Haji

20 Tahun Nabung, Nenek Penjual Bunga Kenanga Berangkat Haji

Blitar-BP: Keinginan kuat ternyata mampu mengantarkan Marsiyem, warga Dusun Domot Desa Purwokerto Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar untuk pergi ke Baitullah. Meski hanya berjualan bunga kenanga, Marsiyem akhirnya bisa mewujudkan keinginan dan cita-citanya untuk beribadah haji.

Setelah menabung selama 20 tahun lebih, niat Marsiyem untuk naik haji akhirnya bisa terlaksana. Ini tak lain hasil keringatnya sendiri sebagai penjual bunga kenanga.

Siapa sangka, saat ditemui di rumahnya Dusun Domot, Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, nenek Marsiyem masih terlihat sangat sehat. Senyumnya sumringah walaupun jalannya sudah mulai kelihatan lelah.

Apa Benar Tertelan Lebah Bisa Sebabkan Serangan Jantung?

Nenek berusia 90 tahun ini sangat gembira, akhirnya bisa memunaikan rukun Islam kelima. “Sudah persiapan, yang penting sehat dan semangat naik haji,” ungkap Marsiyem saat dikunjungi di rumahnya, Sabtu (14/7/2018).

“Saya jualan bunga kenanga sudah sejak tahun 1955, pokoknya sebelum jaman PKI (G30S/PKI) saya sudah jualan,” tutur Marsiyem.

“Woo… Saya masih kuat naik sepeda lho. Tiap hari cari bunga kenanga itu keliling desa. Dari Purwokerto, Karanggayam sampai Dusun Lempung Pakisrejo,” ujarnya sambil tertawa.

Ketiga desa yang disebutkan nenek Marsiyem itu memiliki jarak sekitar 20 km dari rumahnya. Namun setiap pagi, nenek Marsiyem mengayuh sepeda tuanya mencari bunga kenanga. Bunga yang telah dikumpulkan dari tiga desa tersebut lalu disetorkan ke pengepul.

Polisi Gagalkan Peredaran SIM Palsu di Medan

“Saya nunggu di pos terus telepon pengepul buat disetor ke penyulingan. Saya beli dari yang punya pohon kenanga itu Rp 18 ribu/kg. Lalu saya jual ke pengepulnya Rp 19 ribu/kg,” ujarnya.

Dari uang seribu per kilogram keuntungan jual bunga kenanga inilah, Nenek Marsiyem mulai merajut mimpinya untuk naik haji. Jika bunga kenanga sedang musim, ia bisa mengumpulkan sebanyak 2 kuintal bunga kenanga. Namun jika musim hujan tiba, ia hanya bisa menyetorkan sekitar 10 kg bunga kenanga kepada pengepul.

“Sedikit-sedikit saya kumpulkan di bawah karpet. Kalau bisa nabung Rp 20 ribu yang ditabung tiap hari. Kalau nggak bisa segitu, ya seadanya. Pokok harus ada yang disisihkan,” jelasnya.

Ketika uang itu telah terkumpul seharga satu gram emas, maka uang tabungan itu dibelikan perhiasan. Begitu seterusnya hingga berat perhiasan yang dimilikinya senilai Rp 35 juta. Uang inilah yang digunakan untuk membayar uang muka pendaftaran haji.

“Saya didaftarkan cucu saya. Tahun 2010 itu bayar Rp 25 juta. Sekarang tinggal melunasi yang Rp 11,1 juta,” katanya penuh syukur.

Namun karena ketekunan nenek Marsiyem, ia tak perlu menjual seluruh perhiasan yang dimilikinya untuk melunasi biaya perjalanan haji. Ia masih memiliki sisa tabungan untuk digunakan membiayai keperluan lainnya.

Delapan tahun berselang, nenek Marsiyem akhirnya mendengar kabar gembira. Tanggal 4 Agustus nanti, ia dijadwalkan masuk asrama haji untuk persiapan berangkat ke tanah suci. Ia berangkat Bersama dengan anak menantunya, nenek Marsiyem tergabung di kloter 56 embarkasi Juanda. ( BP/JP)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *