Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada awal pekan ini ditutup mengalami penurunan, merosot 22 poin atau 0,14 persen menjadi Rp15.637 per dolar AS. Para pelaku pasar menantikan rilis data investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) di Indonesia, khususnya data untuk kuartal IV-2023, yang diharapkan dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar.
Menurut analis pasar uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri, kebijakan moneter Bank Indonesia yang mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen, fokus kebijakan yang pro-stability, dan pandangan bahwa inflasi domestik akan tetap terkendali pada sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024, juga memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Di sisi global, pasar uang masih mengalami volatilitas dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama berkaitan dengan kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS). Setelah data inflasi AS dirilis meningkat, beberapa pejabat bank sentral AS atau The Fed mengindikasikan kebijakan yang masih hawkish, sehingga potensi suku bunga AS pada levelnya saat ini masih akan dipertahankan beberapa waktu ke depan.
Pasar juga menantikan rilis inflasi Indeks Harga Belanja Personal (Personal Consumption Expenditures/PCE) AS untuk memastikan arah dan waktu penurunan suku bunga ke depan. Meskipun demikian, konsensus pasar cenderung menurunkan ekspektasi terhadap penurunan suku bunga AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin mengalami penguatan ke level Rp15.627 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.628 per dolar AS. Pergerakan nilai tukar rupiah tetap menjadi perhatian para pelaku pasar dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan domestik.
Komentar