Jakarta,harianbatakos.com – Shahnaz Haque, aktris dan presenter ternama, belakangan ini menarik perhatian publik karena keputusannya untuk kembali menimba ilmu di usia 52 tahun. Tak tanggung-tanggung, Shahnaz memilih Fakultas Kedokteran sebagai tempatnya belajar, sebuah pilihan yang tak hanya menantang dari sisi akademis tetapi juga finansial.
Langkah Shahnaz ini mengundang banyak respons dari netizen, terutama mengenai biaya kuliah kedokteran yang terkenal tinggi dan tantangan profesi dokter di Indonesia. Mengacu pada rincian biaya kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) untuk tahun akademik 2023/2024, terdapat 11 kelas Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus dibayar mahasiswa, dengan rentang biaya yang cukup signifikan, dari Rp 500 ribu hingga Rp 20 juta per semester.
Berikut rincian biaya UKT Fakultas Kedokteran UI:
1. Kelas 1: Rp 0 – 500.000
2. Kelas 2: Rp 500.000 – 1 juta
3. Kelas 3: Rp 1 juta – 2 juta
4. Kelas 4: Rp 2 juta – 4 juta
5. Kelas 5: Rp 4 juta – 6 juta
6. Kelas 6: Rp 6 juta – 7,5 juta
7. Kelas 7: Rp 7,5 juta – 10 juta
8. Kelas 8: Rp 10 juta – 12,5 juta
9. Kelas 9: Rp 12,5 juta – 15 juta
10. Kelas 10: Rp 15 juta – 17,5 juta
11. Kelas 11: Rp 17,5 juta – 20 juta
Keputusan Shahnaz ini menuai banyak komentar dari netizen yang menyoroti besarnya biaya kuliah kedokteran dibandingkan dengan realitas kesejahteraan profesi dokter di Indonesia. Beberapa netizen menyampaikan komentar satire, membandingkan mahalnya biaya kuliah dengan gaji dokter yang dinilai belum sebanding, terutama bagi mereka yang bertugas di Unit Gawat Darurat (UGD) dan memiliki tanggung jawab besar atas nyawa pasien.
Salah satu komentar menyindir, “Kuliah kedokteran mahal, tapi gaji jaga UGD cuma 2-4 juta, bahkan bisa di bawah UMR tergantung daerah. Memangnya worth it dengan risiko dan tuntutan profesinya?”
Ada juga yang menyoroti ketimpangan antara biaya medis di Indonesia dengan negara lain. “Di luar negeri, hidup tenaga kesehatan lebih terjamin, tapi biaya medis tetap terjangkau. Kok bisa? Di sini dokter berhadapan dengan risiko besar, tetapi bayaran minim,” tambah seorang netizen lainnya.
Beberapa komentar lainnya mencerminkan keprihatinan pada realita profesi dokter yang membutuhkan pengorbanan besar, baik dari segi waktu, tenaga, maupun biaya, di mana gaji yang diterima kerap kali dianggap “besar pasak daripada tiang” untuk menutup biaya pendidikan dan penghidupan.
Keputusan Shahnaz Haque menempuh pendidikan kedokteran di usia yang tak muda ini dianggap oleh banyak orang sebagai wujud pengabdian. Namun, respons dari netizen mengungkap sisi lain dari tantangan profesi dokter di Indonesia yang masih diwarnai isu kesejahteraan. Langkah Shahnaz sekaligus membuka ruang diskusi publik mengenai pentingnya perhatian terhadap kesejahteraan tenaga kesehatan di Indonesia demi kualitas pelayanan yang lebih baik di masa depan.BP/CW1
Komentar